Dampak Pelemahan Rupiah
Menurut amatan Algo Research, Jumat (12/4), pelemahan rupiah seiring dengan negara ASEAN dan berkembang (emerging market) lainnya di tengah investor kembali mengoleksi USD.
Nilai tukar rupiah yang tertekan akan merugikan perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor maupun yang memiliki utang dolar AS. Ini karena beban yang dikeluarkan bisa melonjak. Namun, sejumlah sektor juga bisa diuntungkan dari pelemahan rupiah terhadap USD. Berikut sejumlah sektor yang bisa terdampak penguatan dolar AS.
Sektor Komoditas Kertas
Emiten di sektor kertas yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) bisa memeroleh untung dari penguatan dolar AS.
Ini karena perusahaan produsen kertas milik grup Sinarmas ini diketahui memang memiliki pendapatan ekspor yang dominan. Pada pertengahan tahun 2023 persentase ekspor terhadap total penjualan mencapai lebih dari 50 persen.
Ketika rupiah melemah dengan kondisi penjualan ekspor yang dominan, ini bisa menjadi keuntungan karena pendapatan akan meningkat imbas keuntungan dari selisih kurs mata uang.
Sejak awal tahun hingga akhir perdagangan Rabu (17/4/2024) saham INKP dan TKIM masing-masing telah melesat 14,11 persen dan 5,14 persen.
Sektor Komoditas Energi
Sektor komoditas seperti energi yang meliputi minyak dan gas (migas) dan batu bara berpotensi diuntungkan ketika rupiah melemah. Pasalnya, sektor ini masih mengandalkan penjualan ekspor di mana mayoritas transaksi dalam laporan keuangan dicatatkan dengan denominasi dolar AS.
Saham emiten migas juga sempat kompak menghijau secara year to date (YTD) menyusul kontrak berjangka (futures) komoditas acuannya yang sempat naik imbas serangan drone misil Iran ke Israel di akhir pekan lalu.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/4), saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) menguat 4,22 persen YTD. Ada juga saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang melesar 21,69 persen YTD, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 1,82 persen. Kemudian, saham Medco Energi International Tbk (MEDC) melesat 35,5 persen YTD.
Sektor Farmasi
Emiten sektor farmasi bisa terdampak oleh pelemahan rupiah terhadap USD. Ini karena 90 persen bahan baku farmasi masih diimpor dan bisa mendorong pembengakakan biaya operasional. Pelemahan rupiah perlu diantisipasi dengan melakukan hedging atau lindung nilai terhadap bahan baku farmasi. (ADF)