Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal kuat untuk kemungkinan penurunan suku bunga acuan lanjutan. Setelah dua kali memangkas BI-Rate masing-masing 25 basis poin pada Januari dan Mei 2025 hingga berada di level 5,50 persen, BI menilai masih ada ruang untuk pelonggaran lebih lanjut, seiring dengan proyeksi inflasi yang tetap rendah.
BI juga terus memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, baik lewat transaksi spot, pasar non-delivery forward (NDF), maupun domestic NDF (DNDF). Di sisi likuiditas, hingga 26 Juni 2025, bank sentral telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder senilai Rp132,9 triliun.
Langkah ini diharapkan mampu menopang kebijakan fiskal pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan. Selain itu, BI juga memperlonggar kebijakan makroprudensial, termasuk peningkatan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dari Rp293 triliun pada akhir 2024 menjadi sekitar Rp371 triliun pada pertengahan Juni 2025.
Ibrahim memprediksi, pergerakan rupiah pada perdagangan berikutnya akan cenderung fluktuatif, dengan potensi bergerak di kisaran Rp16.140 hingga Rp16.190 per USD, seiring dinamika global dan arah kebijakan BI.
(DESI ANGRIANI)