IDXChannel - Nilai tukar rupiah menutup pekan perdagangan dengan pelemahan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Jumat (10/10/2025) tercatat melemah 0,01 persen ke level Rp16.570 per USD berdasarkan data Bloomberg, sementara acuan Jisdor Bank Indonesia (BI) menunjukkan pelemahan 0,30 persen ke level Rp16.585 per USD.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan, pelemahan rupiah ini sejalan dengan tren mayoritas mata uang di Asia, seperti Yuan China, Won Korea Selatan, Ringgit Malaysia, Yen Jepang, Rupee India, Bath Thailand, dan dolar Singapura, yang juga ikut melemah terhadap dolar AS. Hanya Dong Vietnam yang mampu mencatatkan penguatan dalam sepekan.
"Indeks dolar AS (DXY) sendiri menguat dalam sepekan hingga 1,28 persen, meskipun pada akhir perdagangan Jumat (10/10/2025) dolar AS sempat terkoreksi 0,56 persen di level 98,98," ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Minggu (12/10/2025).
Bank Indonesia (BI) melaporkan sepanjang periode 6–10 Oktober 2025, terjadi aliran modal asing keluar bersih (net outflow) dari Sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp1,19 triliun.
“Jual neto sebesar Rp1,19 triliun di Sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI),” katanya.
Meskipun SRBI mengalami net outflow, total modal asing masuk bersih (net inflow) dalam sepekan tercatat sebesar Rp6,43 triliun. Jumlah ini ditopang oleh beli neto sebesar Rp2,48 triliun di pasar saham dan Rp5,14 triliun di pasar Surat Berharga Nasional (SBN).
Secara akumulatif, sejak awal tahun hingga 10 Oktober 2025, BI mencatat total modal asing keluar bersih mencapai Rp53,45 triliun di pasar saham dan Rp132 triliun di SRBI. Sementara itu, modal masuk bersih dari awal tahun di pasar SBN tercatat sebesar Rp26,46 triliun.
Pada pagi hari Jumat, 10 Oktober 2025, rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.560 per USD, dengan yield SBN 10 tahun tercatat turun ke level 6,07 persen.
Denny menyatakan BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menyebut pergerakan rupiah turut dipengaruhi sentimen menurunnya cadangan devisa. Cadangan devisa per September 2025 turun menjadi USD148,7 miliar, lebih rendah dari posisi akhir Agustus 2025 sebesar USD150,7 miliar, atau turun sebesar USD2 miliar.
Penurunan cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh BI dalam menghadapi tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Rupiah pada pekan depan diperkirakan bergerak di rentang Rp16.450-Rp16.700 per USD," katanya.
(Dhera Arizona)