Di Asia, hasil pemilihan majelis tinggi Jepang, yang diadakan selama akhir pekan, menunjukkan Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritasnya hanya mengamankan 47 kursi dari 248 kursi yang tersedia, menimbulkan keraguan atas masa depan pemerintahan Jepang.
Dari sentimen dalam negeri, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya sebesar 4,87 persen secara tahunan.
Walaupun di kuartal kedua terdapat momen libur sekolah, tetapi dampaknya tidak sebesar Ramadan dan Lebaran. Selain itu, belanja pemerintah masih lambat. Pemerintah telah mulai membuka efisiensi pada Maret lalu, tetapi serapannya masih belum terakselerasi.
Kemudian, pemerintah memang memberi stimulus, tetapi kebijakan tersebut baru muncul pada akhir kuartal kedua alias Juni 2025. Belum lagi cakupan stimulus yang relatif terbatas, hanya untuk calon kelas menengah, padahal kelompok kelas menengah lah yang menyumbang lebih dari 50 persen dari total konsumsi.
Konsumsi rumah tangga pada periode tersebut yang menyumbang 54,53 persen terhadap PDB hanya mampu tumbuh 4,89 persen YoY meski terdapat Ramadan dan Lebaran. Sementara konsumsi pemerintah kontraksi 1,38 persen dan hanya menyumbang 5,88 persen terhadap PDB. Pembukaan blokir anggaran sampai dengan 24 Juni 2025 telah dilakukan senilai Rp134,9 triliun dari total Rp306,7 triliun yang dicadangkan.