AADI dinilai mampu mempertahankan daya saing meski prospek harga batu bara diperkirakan melemah dalam beberapa tahun mendatang.
Menurut riset analis CGS International (CGSI) Indonesia, yang terbit pada 19 Desember 2024, emiten batu bara termal dengan struktur biaya rendah ini mencatatkan margin kas tertinggi dibandingkan para pesaingnya, yakni mencapai 44 persen pada 2023.
AADI melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO) pada 5 Desember lalu.
AADI, yang mengelola batu bara berkalori menengah (4.200-5.000 kcal per kg), mencatat rasio pengupasan (strip ratio) sebesar 4,5 kali—jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 10 kali. Hal ini, kata analis CGSI, menjadi kunci efisiensi biaya yang membuat AADI unggul, terutama saat harga batu bara melemah.
Namun, prospek ke depan menghadapi tantangan. CGSI memperkirakan harga batu bara akan turun menjadi USD110 per ton pada 2025 dan USD95 per ton pada 2026, dibandingkan proyeksi USD135 per ton tahun ini.