“Nickel memang lagi disorot,” ujarnya, Kamis (7/8/2025).
Michael menambahkan, kabar terkait kebijakan ekspor tembaga dari AS turut mendukung sentimen tersebut. “Kemudian ada angin segar dari pajak ekspor 0 persen di AS,” katanya.
Melansir dari Antaranews, Rabu (7/8), Menteri Investasi/Hilirisasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, menyampaikan, komoditas tembaga asal Indonesia kini memperoleh pembebasan tarif bea masuk atau tarif nol persen dari AS, seiring dengan diberlakukannya kesepakatan tarif resiprokal antara kedua negara.
Dengan latar belakang itu, Michael menjagokan dua emiten yang menurutnya memiliki eksposur kuat terhadap komoditas nikel. “INCO dan MDKA,” tuturnya.
Sementara, kontrak berjangka (futures) nikel turun ke bawah USD15.100 per ton pada Agustus, menghapus seluruh kenaikan sejak awal tahun dan memperpanjang tren pelemahan yang telah berlangsung sejak akhir 2022.
Harga nikel terus tertekan oleh ekspansi berlebih di sektor nikel Indonesia sejak larangan ekspor bijih nikel diberlakukan pada 2020.