Kebijakan tersebut mendorong para konsumen nikel terbesar dunia untuk membangun fasilitas pemurnian di dalam negeri, yang kemudian menyebabkan lonjakan kapasitas dan berujung pada surplus pasokan.
Melansir Trading Economics, pemerintah Indonesia telah memangkas kuota penambangan nikel sebesar 120 juta ton menjadi hanya 150 juta ton tahun ini. Pemangkasan itu secara global berarti pengurangan pasokan sekitar 35 persen dari level saat ini.
Namun, rendahnya harga penawaran sepanjang tahun menunjukkan bahwa pasar tidak melihat adanya kendala pasokan yang cukup signifikan untuk menahan kondisi kelebihan pasokan tersebut.
Sementara itu, stok nikel yang tersedia di gudang-gudang LME tercatat naik 40.000 ton sepanjang tahun ini menjadi 195.000 ton. Kenaikan ini sejalan dengan kuatnya aktivitas produksi dari smelter China di Indonesia.
Dari sisi permintaan, permintaan dari sektor manufaktur masih lemah, mengacu pada data PMI China. Selain itu, kebijakan Beijing untuk membatasi kapasitas produksi baterai juga turut menekan prospek permintaan nikel ke depan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.