IDXChannel – Saham emiten tambang nikel ditutup menguat pada perdagangan Kamis (7/8/2025) di tengah sejumlah sentimen positif.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) melesat 7,33 persen ke level Rp1.025 per unit. Nilai transaksi mencapai Rp191,4 miliar dan volume 193,7 juta saham.
Saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) juga terkerek 5,59 persen dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mendaki 5,40 persen.
Kemudian, saham Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terapresiasi 3,75 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 2,27 persen, PT Harum Energy Tbk (HRUM) 1,15 persen, dan PT Timah Tbk (TINS) 1,00 persen.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh melihat sektor nikel masih menjadi sorotan utama pasar, terutama dengan munculnya sentimen positif dari kebijakan di Amerika Serikat (AS).
“Nickel memang lagi disorot,” ujarnya, Kamis (7/8/2025).
Michael menambahkan, kabar terkait kebijakan ekspor tembaga dari AS turut mendukung sentimen tersebut. “Kemudian ada angin segar dari pajak ekspor 0 persen di AS,” katanya.
Melansir dari Antaranews, Rabu (7/8), Menteri Investasi/Hilirisasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, menyampaikan, komoditas tembaga asal Indonesia kini memperoleh pembebasan tarif bea masuk atau tarif nol persen dari AS, seiring dengan diberlakukannya kesepakatan tarif resiprokal antara kedua negara.
Dengan latar belakang itu, Michael menjagokan dua emiten yang menurutnya memiliki eksposur kuat terhadap komoditas nikel. “INCO dan MDKA,” tuturnya.
Sementara, kontrak berjangka (futures) nikel turun ke bawah USD15.100 per ton pada Agustus, menghapus seluruh kenaikan sejak awal tahun dan memperpanjang tren pelemahan yang telah berlangsung sejak akhir 2022.
Harga nikel terus tertekan oleh ekspansi berlebih di sektor nikel Indonesia sejak larangan ekspor bijih nikel diberlakukan pada 2020.
Kebijakan tersebut mendorong para konsumen nikel terbesar dunia untuk membangun fasilitas pemurnian di dalam negeri, yang kemudian menyebabkan lonjakan kapasitas dan berujung pada surplus pasokan.
Melansir Trading Economics, pemerintah Indonesia telah memangkas kuota penambangan nikel sebesar 120 juta ton menjadi hanya 150 juta ton tahun ini. Pemangkasan itu secara global berarti pengurangan pasokan sekitar 35 persen dari level saat ini.
Namun, rendahnya harga penawaran sepanjang tahun menunjukkan bahwa pasar tidak melihat adanya kendala pasokan yang cukup signifikan untuk menahan kondisi kelebihan pasokan tersebut.
Sementara itu, stok nikel yang tersedia di gudang-gudang LME tercatat naik 40.000 ton sepanjang tahun ini menjadi 195.000 ton. Kenaikan ini sejalan dengan kuatnya aktivitas produksi dari smelter China di Indonesia.
Dari sisi permintaan, permintaan dari sektor manufaktur masih lemah, mengacu pada data PMI China. Selain itu, kebijakan Beijing untuk membatasi kapasitas produksi baterai juga turut menekan prospek permintaan nikel ke depan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.