Namun, meski masih merugi, Nafan menilai bahwa pelaku pasar secara umum telah memahami bahwa butuh waktu yang cukup lama bagi GOTO untuk dapat menghasilkan profit. Sehingga posisi merugi tersebut relatif dapat 'dimaafkan' selagi perusahaan dapat menunjukkan tren dan upaya perbaikan. Salah satunya adalah dengan mengurangi biaya operasional dengan memangkas jumlah karyawan.
"Investor tahu betul bahwa untuk (GOTO) bisa profit, masih perlu waktu yang tidak sedikit. GOTO ini memang sifat investasinya jangka panjang. Pelaku pasar saya yakin tahu itu, dan memang harus tahu. Memang perlu waktu (untuk GOTO bisa menghasilkan profit)," tutur Nafan.
Terlebih, menurut Nafan, masyarakat sebagai pelanggan pada dasarnya relatif telah telah merasakan betul benefit dari jasa yang ditawarkan oleh GOTO. Sehingga, meski diterpa kabar PHK karyawan, hal tersebut tidak lagi dimaknai sebagai isu negatif, lantaran masyarakat sudah terlanjur menjadi pelanggan setia dari perusahaan.
"Dan patut juga diingat, bahwa tren pemulihan ekonomi juga pegang peranan (terhadap kekuatan GOTO bertahan dari sentimen negatif). Tren ini kan relatif mendorong daya beli baru di level konsumen ya, sehingga konsumsinya meningkat. Nah, tren peningkatan ini juga turut andil menopang bisnis GOTO, sehingga tetap kuat meski diterpa sentimen soal PHK," tegas Nafan. (TSA)