Indika Group merupakan konglomerasi yang dirintis oleh salah satu putra konglomerat terbesar pada era Orde Baru Sudwikatmono, yaitu Agus Lasmono Sudwikatmono.
Perusahaan ini ini awalnya hanya berbisnis di bidang hiburan dan media massa, seperti rumah produksi sinetron dan film dengan nama Indika Entertainment, radio dengan nama Indika FM dan beberapa perusahaan lainnya sejak 1996.
Bisnis Indika Group mulai membesar pasca Sudwikatmono mengalami masalah akibat efek krisis ekonomi 1997-1998 di Indonesia.
Sementara INDY didirikan pada 2000. Empat tahun kemudian, perusahaan ini mengakuisisi 41 persen saham PT Kideco Jaya Agung yang bergerak di bidang pertambangan batu bara di Kalimantan Timur. Pada tahun 2006, perusahaan ini meningkatkan kepemilikan sahamnya di Kideco menjadi 46 persen.
EMTK-Grup Emtek
Saham konglomerasi media milik keluarga Sariatmadja, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) juga masuk ke dalam jajaran saham terboncos. Saham EMTK turun 46,12 persen ytd.
EMTK juga mengalami penurunan kinerja keuangan sepanjang tahun ini hingga kuartal III-2023. EMTK membukukan rugi bersih Rp162,18 miliar per akhir September 2023. Dalam laporan keuangannya, EMTK mencetak pendapatan senilai Rp6,76 triliun alias turun 3,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,97 triliun.
BUMI-Grup Bakrie-Salim
Saham batu bara terafiliasi dengan Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berkinerja buruk sepanjang tahun ini, dengan penurunan mencapai 45,96 persen ytd.
Seiring dengan penurunan saham, BUMI juga mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih per September 2023. Salah satu emiten batu bara terbesar di Indonesia ini membukukan pendapatan per kuartal III-2023 sebesar USD1,17 miliar. Pendapatan tersebut turun 15,78 persen secara year on year (yoy) dari sebelumnya USD1,39 miliar per September 2022.
BUMI juga mencatatkan beban pokok pendapatan per September 2023 mencapai USD1,09 miliar. Angka ini turun dari tahun sebelumnya sebesar USD1,10 miliar. Meski demikian, laba bruto BUMI jadi menyusut USD78,92 juta dari sebelumnya USD294,27 juta. BUMI mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk USD58,26 juta. Angka ini anjlok 83,78 persen dari sebelumnya sebesar USD365,49 juta per September 2022.
Catatan saja, kini Bakrie dan Grup Salim menjadi pemegang saham pengendali bersama BUMI. Salim memegang 45,78 persen saham via Mach Energy (Hongkong) limited sejak Oktober tahun lalu melalui aksi korporasi private placement. Sementara, Bakrie memegang saham BUMI salah satunya melalui Long Haul Holdings Ltd. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.