Menurut dia, pergeseran tersebut tidak hanya berlangsung di sektor rokok, tetapi juga menjalar ke emiten defensif. “Ini terjadi tidak hanya dari sektor rokok, termasuk company-company defensive, seperti UNVR dan big banks,” kata Michael.
Ia juga menyoroti posisi teknikal saham-saham rokok yang mulai menarik. “Di luar dari potensi dipangkasnya cukai serta rokok ilegal, GGRM dan HMSP memang memiliki area teknikal yang menarik,” tutur Michael.
Michael menjelaskan, secara teknikal HMSP tengah melakukan retracement di area neckline pola cup and handle di level 660, dengan potensi penguatan hingga 7.800. Sementara itu, GGRM sedang menguji area support gap di 11.175.
“Jika mampu bertahan di level ini, maka ada potensi pembalikan arah,” imbuh dia.
Sementara itu, CGS International (CGSI) Sekuritas Indonesia menilai rezim pajak yang lebih longgar dapat membuka ruang pertumbuhan laba (EPS) bagi emiten rokok dalam beberapa tahun mendatang.