sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Starbucks Turun 11 Hari Beruntun, Aksi Boikot Mulai Berdampak?

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
05/12/2023 12:15 WIB
Saham Starbucks Corp (SBUX) mengalami rekor kerugian usai turun 11 hari beruntun.
Saham Starbucks Turun 11 Hari Beruntun, Aksi Boikot Mulai Berdampak? (Foto: MNC Media)
Saham Starbucks Turun 11 Hari Beruntun, Aksi Boikot Mulai Berdampak? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Saham Starbucks Corp (SBUX) mengalami rekor kerugian seiring meningkatnya kekhawatiran tren penjualan raksasa kopi tersebut telah mereda dalam beberapa pekan terakhir.

Saham SBUX, yang tercatat di Nasdaq Amerika Serikat (AS), turun 1,6 persen pada perdagangan Senin (4/12/2023) yang merupakan penurunan selama 11 hari berturut-turut dan menjadi penurunan terlama sejak debut publik (IPO) Starbucks pada 1992. (Lihat grafik di bawah ini.)

Secara total, kemerosotan tersebut telah menghapus 9,4 persen nilai pasar Starbucks, atau penurunan hampir USD12 miliar. Angka ini setara Rp 185,89 triliun (kurs Rp 15.491 per USD). Adapun secara year to date (YTD), saham SBUX tergerus 3,2 persen.

Per Desember 2023 Starbucks memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD110,94 miliar. Hal ini menjadikan Starbucks sebagai perusahaan paling berharga ke-120 di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar menurut data companiesmarketcap.com.

“Data penjualan pihak ketiga mengisyaratkan “perlambatan material” di Starbucks pada bulan November setelah raksasa kopi tersebut menghasilkan pertumbuhan penjualan yang kuat sebesar 8 persen pada kuartal fiskal keempat,” tulis John Ivankoe, analis JPMorgan Chase & Co. dalam sebuah catatan dikutip Bloomberg pada Senin (4/12).

Ivankoe juga menurunkan perkiraan penjualan kuartal pertama di AS menjadi pertumbuhan 4 persen dibandingkan periode tahun lalu, untuk mencerminkan promosi liburan Natal yang mungkin kurang berhasil dibandingkan kehadiran Pumpkin Spice Latte musim gugur. Dia mengharapkan lonjakan 6 persen untuk penjualan domestik yang sama secara triwulanan.

Saham Starbucks menguat pada paruh pertama November, setelah perusahaan kopi tersebut melaporkan hasil kuartalan yang melampaui ekspektasi dan memberikan prospek penjualan yang lebih baik untuk tahun fiskal 2024. Namun saham tersebut telah jatuh selama dua minggu terakhir di tengah kekhawatiran tentang tren penjualan terutama di China.

Analis Wedbush Securities Inc., Nick Setyan, mengatakan para investor khawatir bahwa penjualan serupa di AS mungkin jauh dari ekspektasi konsensus pada kuartal saat ini karena data kartu kredit telah mengisyaratkan perlambatan selama sekitar tiga minggu terakhir.

Ia menyebut saham Starbucks termasuk salah satu yang paling sensitif terhadap tanda-tanda pelemahan konsumen.

Tren penjualan di industri makanan ringan dan kopi telah melambat dari minggu ke minggu selama periode tujuh hari hingga 19 November, menurut firma riset berbasis data M Science.

“Perlambatan penjualan didorong oleh tren yang lebih lemah di Starbucks. Ini menandai tren perlambatan selama tiga minggu berturut-turut di tengah boikot dan pemogokan buruh baru-baru ini, termasuk pada Red Cup Day (16 November). yang mempengaruhi sebanyak 200 lokasi di AS,” tulis analis Matthew Goodman dalam sebuah catatan pada 1 Desember.

Diketahui beberapa negara dengan mayoritas Muslim melakukan boikot terhadap brand-brand yang mendukung Israel imbas pecahnya perang Israel-Palestina. Hal ini dilakukan untuk menyampaikan pesan bahwa mereka mengkritik serangan Israel yang membabi buta terhadap warga Palestina di Gaza.

Inisiatif ini dipimpin oleh Palestina yang dikenal sebagai gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS). Gerakan ini mendorong pemboikotan, divestasi, dan sanksi ekonomi terhadap Israel.

Sejumlah produk brand kenamaan berbasis Amerika Serikat (AS) yang mendukung Israel juga turut menjadi bulan-bulanan netizen. Sejumlah brand ini cukup terkenal dan ada dalam kehidupan sehari-hari termasuk Starbucks.

Hampir dua bulan setelah perang antara Israel dan Hamas, protes yang menargetkan beberapa perusahaan yang bersikap pro-Israel masih terus bergaung di media sosial.

Aksi ini semakin terfokus pada dua perusahaan yakni McDonald’s dan Starbucks. Meskipun masing-masing perusahaan berusaha menjauhkan diri dari konflik dan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka tidak mendukung atau menyumbang kepada pemerintah atau militer Israel, hal tersebut tidak banyak membantu meredam seruan boikot secara online.

Data yang dipublikasikan oleh TikTok menunjukkan bahwa penggunaan tagar “#boycottstarbucks” mencapai puncaknya pada awal November dan menunjukkan tren yang meningkat.

Tagar ini telah digunakan pada 7.000 video TikTok di AS selama 30 hari terakhir, dengan total penayangan sebanyak 51 juta kali. Tagar “#boycottmcdonalds” juga mengikuti jejak serupa, digunakan di lebih dari 3.000 video TikTok dengan 10 juta penayangan pada periode yang sama. Serta banyak juga video boikot yang tidak menggunakan hashtag. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement