IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) dinilai berpeluang melanjutkan penguatan hingga menembus level MYR5.000 per ton pada paruh pertama 2026, seiring rencana Indonesia memperluas mandat biodiesel domestik menjadi 50 persen (B50).
Langkah ambisius ini diperkirakan akan memperketat pasokan global dan mendorong reli harga minyak nabati dunia.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai rencana penerapan bauran biodiesel B50 pada tahun depan berpotensi menjadi katalis positif bagi saham-saham emiten sawit di bursa.
“Tentu saja iya,” ujar Michael saat dimintai tanggapan, Kamis (13/11/2025).
Dia menambahkan, “Diketahui, dengan asumsi mandat B50 berjalan penuh, berbagai studi dan pernyataan resmi sekarang mengarah ke kira-kira 18-20 juta ton CPO per tahun yang akan terserap hanya untuk biodiesel.”
Menurut dia, kondisi tersebut akan langsung memberi efek positif terhadap kinerja emiten sawit. “Sehingga ini akan otomatis memberikan dampak positif untuk emiten CPO,” imbuh dia.
Meski begitu, dari sisi teknikal, Michael mengingatkan bahwa beberapa saham sawit sudah mencatatkan reli yang cukup tajam. “Secara teknikal, TAPG dan DSNG sudah rally dengan signifikan, sehingga memiliki potential risk dari sisi teknikal untuk koreksi dulu,” ujarnya.
Namun, ada sejumlah saham yang menurutnya masih menarik diperhatikan. “Beberapa saham CPO yang masih konsolidasi di bawah terlihat menarik untuk dijadikan pertimbangan. Salah satunya BWPT dan SIMP,” tuturnya.
Ia menjelaskan, BWPT akan terkonfirmasi bullish jika mampu menembus level 180, dengan area support di 120.
“Sementara, SIMP memiliki pola ascending triangle bullish yang masih berpotensi memiliki target kenaikan hingga 920, dengan titik support kunci di 550,” kata Michael menutup penjelasannya.
Melansir dari Bloomberg, Rabu (12/11/2025), Indonesia yang merupakan produsen CPO terbesar dunia berencana meningkatkan porsi campuran minyak sawit dalam biodiesel dari 40 persen menjadi 50 persen mulai semester II-2026.
Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk menekan impor bahan bakar fosil sekaligus mengurangi emisi karbon.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, jika pemerintah benar-benar menerapkan program B50, harga CPO bisa naik hingga MYR5.000 per ton dalam periode Januari-Juni 2026.
Sebagai informasi, pada Kamis (13/11/2025) siang, harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives diperdagangkan di level MYR4.117 per ton.
Sekretaris Jenderal Gapki M. Hadi Sugeng Wahyudiono menambahkan, perluasan program B50 berpotensi meningkatkan penggunaan CPO untuk biodiesel hingga seperempat lebih tinggi dibanding saat ini, dan menekan ekspor sawit Indonesia menjadi sekitar 26 juta ton pada 2026 dari perkiraan 31 juta ton tahun ini.
Namun, di sisi lain, kebijakan tersebut juga dapat diikuti kenaikan pungutan ekspor yang kemungkinan membebani petani kecil.
Analis komoditas senior BMI, Matthew Biggin, memperingatkan bahwa pembatasan ekspor oleh Indonesia bisa memaksa konsumen global mencari pasokan dari negara lain dengan harga lebih mahal.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan pada Oktober 2025 bahwa pemerintah menargetkan penerapan program B50 pada paruh kedua 2026.
Ia juga mengungkapkan, pemerintah tengah mengkaji kemungkinan penerapan kewajiban pasokan domestik (domestic market obligation/DMO) untuk minyak sawit guna menjamin ketersediaan bahan baku bagi program tersebut. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.