sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Spekulasi Berlanjut, Harga Tembaga hingga Nikel Melesat 2 Persen

Market news editor Maulina Ulfa
29/05/2024 09:47 WIB
Kontrak berjangka (futures) tembaga di London Metal Exchange (LME) menguat 1,72 persen di level USD10.501 per ton pada perdagangan Rabu (28/5/2024).
Spekulasi Berlanjut, Harga Tembaga hingga Nikel Melesat 2 Persen. (Foto: Reuters)
Spekulasi Berlanjut, Harga Tembaga hingga Nikel Melesat 2 Persen. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Kontrak berjangka (futures) tembaga di London Metal Exchange (LME) menguat 1,72 persen di level USD10.501 per ton pada perdagangan Rabu (28/5/2024).

Harga nikel berjangka juga menguat 1,07 persen di level USD20.467 per ton. Harga nikel kini kembali mendekati level. tertinggi sejak September 2023 yang diraih pada 20 Mei lalu.

Selain itu, harga timah turut melejit 2,1 persen berada di level USD 33928 per ton. Sebelumnya, harga timah sempat di level USD34.251 alias naik 1,55 persen pada Senin (20/5) di tengah kuatnya permintaan dan penurunan pasokan.

Harga nikel terus menguat imbas kekhawatiran gangguan pasokan, salah satunya disebabkan kerusuhan yang meletus di Kaledonia Baru, wilayah kepulauan yang dikuasai Prancis dan menyimpan sekitar 20-30 persen cadangan nikel dunia.

Sebelumnya Prancis mengumumkan keadaan darurat minimal 12 hari sejak 15 Mei lalu.

Kerusuhan politik terhadap pemasok nikel utama dunia tersebut ditambah dengan sanksi yang dikenakan terhadap nikel dari Rusia telah mendorong harga logam non-ferrous ini di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak September 2023.

Sementara itu, pertumbuhan kendaraan listrik pada kuartal pertama yang lebih lambat dari perkiraan, di mana industri ini menggunakan logam tersebut sebagai komponen baterai litium-ion, tetap membatasi harganya.

Sanksi yang dikenakan Barat terhadap nikel dari Rusia telah mendorong harga di atas nikel meroket di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak September 2023.

Sementara harga tembaga masih terdorong permintaan untuk produksi kecerdasan buatan alias AI.

Namun demikian, lemahnya permintaan tembaga masih membayangi harga komoditas ini.

Permintaan impor di China selaku konsumen tembaga terbesar di dunia, dilaporkan tetap pada tingkat yang rendah meskipun pasokan bijih timah kini terbatas dan volume pengolahan yang rendah di industri besar negara tersebut.

Hal ini meningkatkan persediaan trmbaga dan mendorong harga pengiriman dari gudang berikat menjadi lebih rendah dibandingkan dengan harga acuan LME. Kondisi ini menunjukkan rendahnya permintaan fisik.

Namun, pertaruhan spekulatif terhadap tembaga membuat harga tetap naik 25 persen sepanjang tahun ini, berdasarkan peran pentingnya dalam elektrifikasi dalam penyimpanan energi skala jaringan dan infrastruktur pusat data.

Besarnya biaya untuk menambah pasokan baru juga mendorong para perusahaan tambang memilih untuk melakukan tindakan M&A alih-alih mengembangkan proyek baru.

Harga timah juga 35 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu di tengah kuatnya permintaan dan penurunan pasokan.

Eksportir terbesar Indonesia memicu kekhawatiran akan terbatasnya pasokan secara global karena penundaan perizinan berdampak besar pada pengiriman pada kuartal pertama, yang diperburuk oleh kekhawatiran akan gangguan perizinan di masa depan hingga sisa tahun ini.

Hal ini memperburuk kemunduran produksi sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh gangguan pertambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar di tengah perang yang terjadi di negara tersebut.

Sementara itu, upaya China untuk mendapatkan bijih timah dari Kongo, tak berhasil karena kerusuhan bersenjata di negara tersebut juga menghambat aktivitas penambangannya.

Timah juga mendapat daya tarik di tengah tingginya penerbitan obligasi dan spekulasi bullish jangka panjang untuk logam tersebut karena sifat soldernya yang digunakan dalam chip dan infrastruktur AI. Akibatnya, persediaan timah di LME merosot 36 persen tahun ini menjadi 4.935 ton. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement