sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Stok di AS Melimpah, Harga Minyak Turun Tiga Hari Beruntun

Market news editor Maulina Ulfa
27/06/2024 09:57 WIB
Minyak mentah berjangka (futures) turun tiga hari beruntun hingga pembukaan perdagangan Kamis (27/6/2024).
Stok di AS Melimpah, Harga Minyak Turun Tiga Hari Beruntun. (Foto: Freepik)
Stok di AS Melimpah, Harga Minyak Turun Tiga Hari Beruntun. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) turun tiga hari beruntun hingga pembukaan perdagangan Kamis (27/6/2024).

Minyak West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,43 persen di level USD80,55 per barel dan Brent bergerak minus 0,36 persen di level USD84,14 per barel pada pukul 09.00 WIB.

Pada sesi Rabu (26/6), harga minyak WTI ditutup melemah 0,22 persen di level USD80,65 per barel. Sementara, minyak Brent turun 0,65 persen di level USD84,46 per barel.

Pada perdagangan Selasa (25/6/2024), minyak WTI ditutup terdepresiasi 1,1 persen di level USD80,73 per barel dan Brent merosot 2,15 persen di level USD84,16 per barel setelah sempat menguat di awal perdagangan.

Penurunan harga minyak ini menghapus kenaikan sepekan sebelumnya pasca rilis data EIA yang menunjukkan peningkatan mengejutkan dalam stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada Rabu (26/6).

Data terbaru ini meningkatkan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan di negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut.

Stok minyak mentah AS naik 3,591 juta barel pada minggu lalu, bertentangan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan 3 juta barel, menurut EIA.

Selain itu, stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 0,226 juta barel, menyusul peningkatan 0,307 juta barel pada minggu sebelumnya.

Stok bensin meningkat 2,654 juta barel, berlawanan dengan ekspektasi penurunan 1,10 juta barel. Selain itu, investor tetap berhati-hati menjelang data inflasi PCE AS minggu ini, yang dapat mempengaruhi keputusan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Harga minyak mendekati level tertinggi dalam dua bulan di tengah meningkatnya risiko geopolitik akibat serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap infrastruktur minyak Rusia dan kegagalan mencapai kesepakatan damai antara Israel dan Hamas.

Indeks dolar yang kuat terhadap sejumlah mata uang juga cukup membebani minyak. Melansir Investing.com, kenaikan indeks dolar kini mencapai level tertinggi dalam dua bulan dan membebani harga minyak pada minggu ini, karena para investor masih bias terhadap greenback. Pasar juga masih menantikan isyarat ekonomi penting lainnya dari AS pada pekan ini.

Revisi data produk domestik bruto untuk kuartal pertama akan dirilis pada hari ini dan data indeks harga PCE, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Data tersebut akan dirilis pada Jumat esok dan kemungkinan akan menjadi faktor penting dalam prospek kebijakan suku bunga.

Sebelumnya, harga minyak diproyeksi optimis usai Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak atau the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)+ dan sekutunya sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak mentah hingga 2025.

OPEC+ akan memperpanjang pemotongan sukarela hingga 1,7 juta barel per hari hingga akhir tahun ini dan akan diterapkan sepanjang 2025.

OPEC+ juga akan memperpanjang putaran pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir kuartal ketiga tahun ini. Pemangkasan ini awalnya hanya dijadwalkan berlangsung hingga akhir kuartal kedua. (ADF)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement