Indeks dolar yang kuat terhadap sejumlah mata uang juga cukup membebani minyak. Melansir Investing.com, kenaikan indeks dolar kini mencapai level tertinggi dalam dua bulan dan membebani harga minyak pada minggu ini, karena para investor masih bias terhadap greenback. Pasar juga masih menantikan isyarat ekonomi penting lainnya dari AS pada pekan ini.
Revisi data produk domestik bruto untuk kuartal pertama akan dirilis pada hari ini dan data indeks harga PCE, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Data tersebut akan dirilis pada Jumat esok dan kemungkinan akan menjadi faktor penting dalam prospek kebijakan suku bunga.
Sebelumnya, harga minyak diproyeksi optimis usai Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak atau the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)+ dan sekutunya sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak mentah hingga 2025.
OPEC+ akan memperpanjang pemotongan sukarela hingga 1,7 juta barel per hari hingga akhir tahun ini dan akan diterapkan sepanjang 2025.
OPEC+ juga akan memperpanjang putaran pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir kuartal ketiga tahun ini. Pemangkasan ini awalnya hanya dijadwalkan berlangsung hingga akhir kuartal kedua. (ADF)