sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Strategi Gojek Lewat Food Delivery Dorong UMKM RI Bangkit Pasca Pandemi

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
10/11/2023 16:54 WIB
Gojek dan Asian Development Bank (ADB) meluncurkan hasil joint study yang berjudul Online Platforms, Pandemic, and Business Resilience in Indonesia 2023.
Strategi Gojek Lewat Food Delivery Dorong UMKM RI Bangkit Pasca Pandemi. (Foto: Gojek)
Strategi Gojek Lewat Food Delivery Dorong UMKM RI Bangkit Pasca Pandemi. (Foto: Gojek)

Munculnya pandemi Covid-19 dan pembatasan mobilitas menyebabkan kelangsungan hidup banyak UMKM di Indonesia terancam, dan bahkan tak sedikit yang mengalami penutupan sementara, kekurangan uang tunai, dan penurunan pendapatan.

Berbagai strategi dilakukan UMKM untuk bertahan di masa pandemi, antara lain beralih dari penjualan fisik ke digital dengan memasarkan dan menjual produknya melalui platform online.

Studi ini menunjukkan bahwa Gojek telah memungkinkan UMKM meningkatkan visibilitas mereka kepada calon konsumen meskipun ada pembatasan mobilitas dan menjangkau basis pelanggan yang lebih luas selama pandemi ini.

Sebagai informasi, sepanjang 2020, berdasarkan data Momentum Works, total Gross Merchandise Value (GMV) di sektor pesan-antar makanan mencapai USD11,9 miliar di Asia Tenggara, meningkat sebesar 183 persen dibandingkan 2019.

Memasuki tahun kedua pandemi, meskipun tetap kuat, pertumbuhan tahunan GMV sektor pesan-antar makanan hanya naik menjadi 30 persen pada 2021, mencapai USD15,5 miliar.

Pada 2022, total GMV pengiriman makanan di Tenggara Asia mencapai USD16,3 miliar.

Untuk mendukung UMKM, Gojek meluncurkan aplikasi GoBiz. Kehadiran aplikasi ini disebut Gojek mencatatkan sejumlah dampak positif bagi mitra UMKM kuliner.

Di antaranya, selama masa transisi pandemi dari Januari 2021 hingga September 2022 terjadi peningkatan jumlah cabang rata-rata sebesar hampir 30 persen yang dimiliki oleh mitra UMKM kuliner di aplikasi GoBiz.

Sebanyak 1 dari 4 UMKM kuliner yang menggunakan GoBiz berhasil membuka lapangan pekerjaan dengan menambah karyawan baru, terlihat dari tingkat penggunaan fitur peran pegawai di aplikasi GoBiz.

Di sisi lain, riset Morgan Stanley menemukan, setelah meningkat sekitar 50 persen sepanjang 2020 dan 2021, pertumbuhan sektor pengiriman makanan global kembali normal menjadi 4,1 persen pada 2022.

Tren tersebut berlanjut hingga 2023 karena inflasi dan tekanan ekonomi makro lainnya terhadap konsumen. Meskipun pertumbuhan tidak mungkin kembali ke tingkat puncak pandemi, ada beberapa alasan untuk bersikap optimis terhadap sektor ini.

Pertama, perusahaan food delivery berada pada jalur yang tepat untuk melihat laba yang menguntungkan pada 2023 dan 2024, berkat operasional yang lebih efisien dan skala ekonomi yang membaik.

Perusahaan-perusahaan pengiriman terkemuka seharusnya bisa meraih kinerja yang baik, mengungguli perusahaan rintisan (startup) karena pasar menjadi semakin terkonsentrasi di sekitar operator terbesar.

Kedua, terdapat lebih banyak ruang untuk tumbuh, karena sektor ini hanya memanfaatkan sekitar 18 persen pasar pengguna internet global.

“Jangkauan pasar sektor ini tertinggal dibandingkan e-commerce secara keseluruhan, yang memiliki penetrasi sebesar 22 persen pada tahun 2022. Namun, kami memperkirakan pertumbuhan penjualan pesan-antar makanan online akan lebih cepat dalam lima tahun ke depan, untuk mencapai penetrasi 23 persen pada tahun 2026 dibandingkan 26 persen untuk e-commerce,” kata Miriam Josiah, head of Morgan Stanley Research’s European Internet Services. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement