"Jadi waktu kami beli memang 2 tahun akan kosong penerimaan. Jadi akan balik di 2021. Level produksi di 2021 akan sama ekspektasinnya seperti 2018, jadi harganya tembaganya di 2018, kami ekspektasi dapat dividen 2021 itu USD350 juta dan akan meningkat bertahap dan ekspektasi akan menerima minimal USD1 miliar di 2021 dan seterusnya," jelasnya.
Meski sudah diberikan penjelasan terkait skema pembayaran, Nasir malah kembali menanyakan alasan mengapai harus berutang. "Coba jelasin ini apa manfaatnya? Kok kita jadinya pusing. Jadi ini kalau terjadi perang, ini covid sama saja dengan perang, masa kita suruh bayar lagi? Apa apaan. Jadi yang logikalah, jangan kita gadaikan semua ini," tanya Nasir.
Lalu, Orias pun menjelaskan jika refinancing yang dilakukan MIND ID bukannlah untuk membayar kembali kepada PTFI. Sebab, refinancing yang dilakukan perseroan adalah untuk membayar utang yang akan jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan.

Refinancing utang obligasi yang akan jatuh tempo pada 2020 dan 2023 dilakukan dengan cara perseroan membeli langsung obligasi dari pemegang obligasi. Kemudian, Inalum menawari pemegang obligasi dengan obligasi baru yang memiliki tenor lebih panjang. Dengan menerbitkan utang baru ini, beban bunga yang ditanggung perseroan lebih rendah 0,7% dari beban bunga sebelumnya. Sehingga, beban bunga yang ditanggung perseroan berada di kisaran 5,4 % saja per tahun.
Dijelaskan Orias terkait instrumen obligasi bukanlah utang dengan ikatan aset kolateral sebagai jaminan, sejatinya praktik penerbitan utang merupakan hal wajar yang dilakukan korporasi di manapun di seluruh dunia.