sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Suntikan Dana Rp200 Triliun Segarkan Likuiditas Bank Himbara, Siapa Paling Untung?

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
20/09/2025 12:10 WIB
Analis menilai langkah Kemenkeu menempatkan dana Rp200 triliun di bank-bank Himbara (BUMN) akan menjadi penopang penting bagi likuiditas perbankan.
Suntikan Dana Rp200 Triliun Segarkan Likuiditas Bank Himbara, Siapa Paling Untung? (Foto: Reuters)
Suntikan Dana Rp200 Triliun Segarkan Likuiditas Bank Himbara, Siapa Paling Untung? (Foto: Reuters)

IDXChannel – Analis menilai langkah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menempatkan dana Rp200 triliun di bank-bank Himbara (BUMN) akan menjadi penopang penting bagi likuiditas perbankan nasional.

Kebijakan ini tertuang dalam KMK No. 276/2025, dengan dana yang sepenuhnya disalurkan secara sekaligus pada 12 September 2025.

Dana tersebut dialokasikan masing-masing Rp55 triliun ke PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Rp25 triliun ke PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), serta Rp10 triliun ke PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

Penempatan dana dilakukan melalui instrumen Deposit-on-Call konvensional dan syariah bertenor enam bulan (dapat diperpanjang) dengan imbal hasil 80,476 persen dari BI rate.

Ciptadana Sekuritas memperkirakan, dalam riset yang terbit pada 16 September 2025, suntikan ini melonggarkan likuiditas sistem dan menurunkan loan-to-deposit ratio (LDR), dengan penurunan paling tajam diperkirakan terjadi di BBTN (-550 basis poin/bps), disusul BBNI (-510 bps).

Likuiditas perbankan secara keseluruhan juga diharapkan membaik karena bank-bank BUMN kini memegang kelebihan dana yang signifikan. Bersamaan dengan penurunan suku bunga BI, kondisi ini diproyeksikan mendukung penurunan cost of fund (CoF) sektor perbankan.

BBTN dinilai akan paling diuntungkan mengingat basis dana mahalnya lebih tinggi dibanding bank BUMN lain. Per Juni 2025, rata-rata suku bunga deposito khusus untuk deposan besar di BBTN mencapai 6,14 persen dengan porsi deposito khusus sekitar 80 persen dari total deposito.

Dengan suntikan dana ini, BBTN berpotensi mengurangi ketergantungan pada dana mahal tersebut.

Menurut Ciptadana, dampak terhadap kinerja laba bank kemungkinan masih terbatas di 2025 karena hanya tersisa satu kuartal untuk penyaluran kredit baru. Kenaikan signifikan diperkirakan baru terasa pada 2026 jika penempatan dana ini diperpanjang.

Dampak keuntungan juga akan bergantung pada kualitas aset dan profil biaya kredit dari penyaluran dana tersebut.

Meski demikian, analis Ciptadana menilai suntikan dana ini saja belum cukup untuk mendongkrak penyaluran kredit secara berkelanjutan.

Dibutuhkan katalis ekonomi yang lebih kuat, seperti peningkatan permintaan kredit atau program pemerintah yang lebih luas untuk mendorong daya beli masyarakat.

Bank penerima juga wajib mengelola dan melaporkan pemakaian dana setiap bulan kepada Kemenkeu serta dilarang menempatkan dana ini di instrumen pasar uang atau obligasi pemerintah.

Ciptadana mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan dengan proyeksi pertumbuhan laba di tahun buku 2025 (FY25) tetap di sekitar +2 persen secara tahunan (YoY).

BBCA masih menjadi saham pilihan utama di kelompok bank besar, sementara BBTN diunggulkan di segmen bank kecil-menengah.

Risiko utama meliputi pemulihan net interest margin (NIM) yang lebih lambat dari perkiraan dan tekanan kualitas aset yang lebih berat dari ekspektasi. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement