sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tahan Banting saat Resesi, Saham Farmasi Mana yang Potensial?

Market news editor Melati Kristina - Riset
21/11/2022 15:08 WIB
Industri farmasi Tanah Air diperkirakan bakal tetapi tangguh meski terhantam resesi global, dengan Kalbe Farma (KLBF) dan Sido Muncul(SIDO) sebagai pilihan utam
Tahan Banting saat Resesi, Saham Farmasi Mana yang Potensial? (Foto: MNC Media)
Tahan Banting saat Resesi, Saham Farmasi Mana yang Potensial? (Foto: MNC Media)

KLBF-SIDO Jadi Jagoan Sektor Farmasi

Selain memproyeksi sektor farmasi bakal tetap tangguh di tengah resesi, HP Sekuritas juga memilih sejumlah emiten yang jadi pilihan utama di sektor ini. Adapun emiten-emiten tersebut adalah KLBF dan SIDO.

Di samping itu, emiten lainnya yaitu PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Soho Global Health Tbk (SOHO) juga diproyeksi memiliki prospek baik kedepannya.

Melansir dari riset di atas, dividen SOHO memiliki jumlah yang tinggi yaitu mencapai Rp118/saham, diikuti dengan KLBF (Rp35/saham), SIDO (Rp22,7/saham), dan KAEF (Rp16,33/saham).

Selain itu, KAEF berencana menggelar rights issue dengan dana yang ditargetkan sebesar Rp4,5 triliun dan perkiraan harga yang diterbitkan yakni Rp.1.619/saham. Ini bisa jadi sentimen positif bagi saham emiten ini.

Ditilik dari performa sahamnya, emiten-emiten farmasi yang disebut di atas masih memiliki kinerja yang terkontraksi sepanjang tahun 2022.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi II, Senin (21/11), harga saham KAEF menagalami kontraksi terdalam yakni berada di minus 42,39 persen secara year to date (YTD).

Sedangkan kinerja saham emiten lainnya yaitu SIDO dan SOHO sama-sama merosot hingga 10,98 persen sepanjang tahun 2022.

Kendati sebagian besar pemain farmasi mencatatkan kinerja saham yang menurun secara YTD, performa saham KLBF masih tumbuh melesat di periode ini.

Sebagaimana disebutkan dalam data BEI pada sesi II, Senin (21/11), harga saham KLBF melesat 29,41 persen secara YTD.

Di samping itu, HP Sekuritas juga masih memberikan rating Overweight pada industri farmasi. Ini karena fokus industri pada sumber bahan mentah domestik untuk menghambat impor internasional bisa membuat industri ini tetap bertahan di tengah potensi resesi global tahun depan.

Adapun sentimen positif yang menunjang pertumbuhan industri, di antaranya dukungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui peluncuran Formularium Fitofarmaka guna mensosialisasikan penggunaan bahan baku jamu lokal.

Sejalan dengan itu, Kemenkes juga menargetkan agar pemain farmasi dapat memasok 50 persen bahan baku obat, vaksin, bahan kimia aktif farmasi (API), hingga bahan herbal dengan mengandalkan produksi domestik untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku sebesar 90 persen.

Selain itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga berupaya menurunkan ketergantungan bahan baku obat menjadi 40 persen dalam 5 tahun kedepan dengan merevisi Peraturan Menteri Kesehatan No.54 Tahun 2018 untuk memperluas penggunaan obat nabati atau fitofarmasi.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement