IDXChannel – Industri farmasi Tanah Air diproyeksi bakal tetap tangguh di tengah resesi global. Ini seiring keberhasilan pemain farmasi dalam menyesuaikan kenaikan biaya produksi di paruh pertama tahun ini akibat inflasi yang tak terkendali.
Melansir riset Henan Putihrai (HP) Sekuritas bertajuk “Pharmaceutical: Sourcing for Local Raw Materials Amidst Global Uncertainties” yang dirilis pada Jumat (18/11), perusahaan farmasi memilih menaikkan biaya produksi dengan meningkatkan harga masing-masing produknya.
Dalam riset tersebut turut disebutkan, dua pemain farmasi, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), masing-masing menaikkan harga produk mereka sebesar 5 persen dan 3-8 persen sebagai dampak dari inflasi.
“SIDO dan KLBF menaikkan produk mereka meskipun kepercayaan konsumen melemah pada awal semester,” tulis riset tersebut.
Adapun kepercayaan konsumen pada Februari 2022 anjlok hingga minus 5,4 persen secara bulanan (MoM) menjadi 113,1 bps. Sedangkan pada Maret 2022 berada di 111 bps dan April 2022 kembali di 113,1 bps.
Meningkatnya inflasi turut berdampak pada biaya bahan baku dan kemasan plastik untuk produk. Sedangkan lonjakan harga plastik terjadi pada plastik High-Density Polyethylene (HDPE) yang mencapai USD1.216/metrik ton per Mei-2022. Ini menjadi yang tertinggi dalam 5 tahun belakangan.
Di samping itu, terdapat penurunan biaya bahan baku dari tahun ke tahun dari sebagian perusahaan farmasi pada kuartal III-2022, kecuali KLBF.
“Hanya KLBF yang menunjukkan tren kenaikan kontribusi dari biaya bahan baku terhadap total biaya penjualan barang dari 38 persen di kuartal I-2022 menjadi 78 persen di kuartal II-2022 karena pasokan bahan baku dari China yang berkontribusi lebih dari 60 persen untuk produk generik,” tulis riset tersebut.
Sedangkan dalam upaya merespons ketidakpastian ekonomi, seperti krisis pasokan global hingga resesi, perusahaan farmasi mengoptimalkan produksi bahan mentah domestik untuk memenuhi kebutuhan produknya.
Selain mengandalkan pasokan domestik, KLBF juga membangun pusat perdagangan di China untuk mengamankan bahan baku impornya setelah terjadi lockdown akibat Covid-19 di negara tersebut. KLBF juga memperluas segmen produknya ke produk herbal seperti Fatigon Promuno.