IDXChannel – Saham emiten milik Prajogo Pangestu menjadi pencundang (top losers) pada perdagangan Selasa (9/1/2024). Saham taipan tersebut berguguran usai sempat berpesta di paruh kedua 2023.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per pukul 10.54 WIB, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (sebelumnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) atau TPIA ambrol hingga batas auto rejection bawah (ARB) 20,00 persen ke Rp4.220 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp244,8 miliar dan volume 52,4 juta saham.
Pada Senin (8/1), saham TPIA juga merosot, yakni sebesar 7,86 persen.
Sebelumnya, TPIA secara resmi mengumumkan perubahan nama perusahaan menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk.
Langkah tersebut dilakukan setelah proses perubahan nama tersebut telah mengantongi izin dari Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM), pada Rabu (3/1/2024) lalu.
Sebelumnya, langkah perubahan nama juga telah memperoleh persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar perusahaan, pada Jumat (29/12/2023) lalu.
Perubahan nama dilakukan emiten milik taipan nasional, Prajogo Pangestu, tersebut seiring upaya perusahaan untuk bertransformasi bisnis dengan melakukan diversifikasi portofolio ke sektor-sektor di luar petrokimia, seperti bisnis kimia dan penyediaan infrastruktur.
Saham emiten geotermal PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga terjun bebas hingga ARB 20 persen ke Rp5.400 per saham. Dengan ini, dalam sepekan saham BREN turun 5 hari beruntun dengan persentase penurunan 28,95 persen dalam sepekan.
BREN sempat menjadi hot stock sejak manggung sejak 9 Oktober 2023.
BREN sempat menembus auto rejection atas (ARA) berjilid-jilid di awal listing, dan pernah sudah melonjak hingga 858 persen YtD.
BREN menjadi top gainers ketiga di 2023 di bawah CHIP.
Saham BREN-lah yang membuat saham-saham Prajogo lainnya turut reli selama paruh kedua 2023. Tak hanya itu, BREN sempat menduduki peringkat pertama emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa, pada perdagangan 8 Desember 2023.
Market cap BREN sempat menyentuh Rp1.090 triliun, menyalip emiten Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang kala itu memiliki market cap Rp1.087 triliun.
Saham induk BREN PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga longsor ke bawah hingga minus 15,53 persen. Demikian pula saham emiten yang baru diakuisisi Prajogo PT Petrosea Tbk (PTRO) yang turun 13,58 persen.
Sementara, saham emiten batu bara Prajogo, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)—yang keluar menjadi jawara saham IPO di 2023—masih disuspensi oleh bursa sejak 19 Desember 2023.
Baru melantai (listing) di pada 8 Maret 2023, saham CUAN meroket 6.002,27 persen ke Rp13.425 per saham.
Tidak hanya sebagai saham IPO 2023 terbaik, CUAN juga merupakan top gainers di antara seluruh saham yang tercatat di bursa Tanah Air pada tahun ini.
Bahkan, menurut laporan Bloomberg News (28 November 2023), CUAN menjadi saham IPO dengan kinerja termoncer dunia, mengalahkan peers Indonesia lainnya PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP), yang terbang 1.225,00 persen. CHIP melantai sejak 8 Februari 2023.
Informasi saja, CUAN listing di harga penawaran perdana (initial public offering/IPO) Rp220 per saham dan meraih dana segar Rp371 miliar. CUAN sendiri sedang disuspensi oleh bursa sejak 19 Desember 2023 seiring kenaikan harga yang signifikan.
Taipan Tercuan di 2023
Kenaikan fantastis CUAN, BREN, dan saham lainnya macam BRPT (76,16 persen YtD), TPIA (104,28 persen), hingga PTRO (21,25 persen), selama 2023 menempatkan nama Prajogo Pangestu ke angkasa.
Taipan yang juga dikenal sebagai pengusaha kayu di era Orde Baru tersebut menjadi orang terkaya di Indonesia selama 2023 versi Forbes, sekaligus taipan energi tercuan sepanjang tahun ini.
Pundi-pundi kekayaan Prajogo Pangestu mencapai USD54,4 miliar per 30 Desember 2023. Angka tersebut setara dengan Rp837,43 triliun (asumsi kurs Rp15.394 per USD).
Kekayaan Prajogo melonjak tajam selama 2023, apabila, misalnya, dibandingkan dengan tahun lalu yang ‘hanya’ USD5,6 miliar (Rp86,21 triliun).
Di tahun lalu, Prajogo mengalahkan harta kekayaan bos batu bara lainnya Low Tuck Kwong, pengendali PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang tercatat sebesar USD27,5 miliar. Dirinya juga berada di atas duo bos Grup Djarum sekaligus pemilik BCA, R. Budi Hartono (USD25,6 miliar) dan Michael Hartono (USD24,5 miliar). (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.