Sedianya SIDO membukukan pertumbuhan laba bersih tahunan (NPAT) mencapai Rp1,17 triliun pada 2024.
Capaian ini naik 23,18 persen year-on-year (yoy), dibanding tahun sebelumnya, didukung efisiensi biaya produksi, dan pertumbuhan margin laba kotor (GPM) di berbagai segmen bisnis.
Namun untuk 2025, potensi pertumbuhan diperkirakan lebih terbatas. Sejumlah potensi risiko meliputi ketatnya persaingan atas produk herbal pencegah flu, hingga perlambatan ekspansi ke pasar ekspor.
Meski menghadapi tantangan, CGS International menilai, SIDO masih memiliki kekuatan di segmen herbal, yang tetap menjadi kontributor utama pendapatan dengan porsi 63 persen dari total penjualan.
“Kami memperkirakan GPM yang solid untuk SIDO sebesar 59 persen pada 2025-2026, karena stabilnya biaya bahan baku untuk produk herbal dan penurunan biaya bahan baku untuk F&B,” tutur dia.
Hingga Kamis (13/3/2025), saham SIDO turun 0,89 persen ke Rp555.
(DESI ANGRIANI)