sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tarik Ulur Investor Jelang Rilis Data Inflasi, Bursa Global Jadi Melorot

Market news editor Yulistyo Pratomo
10/08/2022 16:55 WIB
Indeks saham global mengalami kemerosotan menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), berbanding terbalik dengan dolar AS yang masih stabil.
Tarik Ulur Investor Jelang Rilis Data Inflasi, Bursa Global Jadi Melorot. (Foto: MNC Media)
Tarik Ulur Investor Jelang Rilis Data Inflasi, Bursa Global Jadi Melorot. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks saham global mengalami kemerosotan menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), berbanding terbalik dengan dolar AS yang masih stabil. Kondisi ini terjadi karena investor belum berani menanamkan uangnya data tersebut diumumkan. 

Pasar mengukur peluang sebesar 69,5 persen dari kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin (Bps). Data yang disurvei oleh Reuters menjelaskan, CPI menunjukkan inflasi utama sebesar 8,7 persen, jauh di atas target Fed 2 persen.

Indeks acuan STOXX Eropa turun sebesar 0,43 persen, menyusul penurunan lebih besar yaitu 1,2 persen dari indeks MSCI dari bursa kawasan Asia Pasifik di luar Jepang.

"Saya tidak berpikir pasar telah sepenuhnya mengabaikan variabel-variabel ini. Data inflasi minggu ini pasti akan memberi kita lebih banyak kejelasan tentang prospek kebijakan jangka pendek The Fed."

"Saya tidak berpikir bahwa kita belum melewati pasar beruang - risiko resesi membayangi dan saya tidak berpikir The Fed selesai dengan pengetatan ikat pinggang yang agresif," ujar ahli strategi pasar global untuk Asia Pasifik ex-Jepang di Invesco, David Chao.

Dengan kondisi itu, maka pasar AS diproyeksi akan dibuka datar dan luas, dengan S&P 500 turun 0,06 persen.

“Cetak CPI yang kuat minggu ini bisa berarti Fed kembali ke jalur kenaikan suku bunga agresif, yang akan memperkuat kembali USD," ucap Chao.

Indeks dolar, yang mengukur safe-haven greenback, berada di 106,3. Setelah berhenti dari retret pada pertengahan Juli, dolar bertahan stabil.

Hasil kurva imbal yang mendatar biasanya dilihat sebagai tanda perlambatan ekonomi dan inversi sebagai prediktor resesi, saat ini kurva AS terbalik di bawah minus 40 bps. 

Analisis mencatat data AS mewakili indikator tertinggal yang mungkin belum menunjukkan pelunakan inflasi, dan hasil kurva imbal mendatar atau berbalik lebih jauh. 

Harga minyak kembali turun setalah data menunjukan persediaan minyak mentah AS secara tak terduga naik pekan lalu. Minyak mentah Brent turun 61 Sen menjadi USD95,73 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 70 sen menjadi USD89,82. (TYO/BAYU)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement