IDXChannel - Kementerian BUMN mendorong 14 BUMN untuk melaksanakan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester II-2021. Ke-14 perseroan tersebut terdiri dari BUMN dan anak usahanya dari sejumlah klaster.
Meski demikian, langkah IPO BUMN dalam rentang waktu 2021-2022 dinilai tidak tepat. Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai, hambatan terbesar perseroan berada di perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional akibat penyebaran Covid-19 yang belum terkendali.
"Menurut saya rentang IPO yang ditawarkan pihak Kementerian BUMN atas beberapa BUMN dan anak BUMN adalah pada periode 2021-2022 . Menurut saya situasi sampai dengan kuartal III tahun ini masih berat karena dampak Covid yang masih sangat signifikan sehingga pemulihan ekonomi berjalan lambat," ujar Toto saat dimintai pendapatnya, Senin (26/7/2021).
Di sisi lain, rencana melantai di pasar modal Indonesia juga dilakukan perusahaan unicorn seperti Bukalapak dan GoTo. Kedua perusahaan startup tersebut dipandang mampu menyedot dana investor. Dengan begitu, perhatian investor menjadi terbagi.
Idealnya, kata Toto, go publik BUMN dilakukan pada kuartal I hingga kuartal II tahun depan. Pertimbangannya situasi makro ekonomi semakin membaik di tahun 2022. Dalam hitungannya, jika vaksinasi lebih merata pada kuartal III tahun dan dampak virus delta lebih bisa dikendalikan, maka recovery ekonomi akan berjalan lebih cepat di kuartal IV-2021.