Sementara itu, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau turun 74% pada akhir 2023. Kemudian produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau turun 77%.
Hingga akhir 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92% dengan meliputi Jepang 17%; Korea Selatan 13%; Belanda 11%; India 9%; Taiwan 9% dan Amerika Serikat 8%.
"Di 2024 ini, Perseroan fokus pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan dan program efisiensi berkelanjutan, manajemen optimis kinerja Perseroan di tahun ini akan lebih baik sesuai dengan target,” imbuhnya.
Posisi nilai aset Perseroan pada 2023 sebesar Rp12,8 triliun, sementara posisi liabilitas sebesar Rp6,6 triliun, naik 9,7% dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp6,0 triliun. Posisi ekuitas sebesar Rp6,2 triliun, turun 11% dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp7,0 triliun seiring kerugian yang dialami Perseroan.
Prospek ke depan
Manajemen TINS tengah menyusun strategi dan kebijakan untuk menjaga kinerja Perseroan tetap berkelanjutan. Program-program peningkatan produksi sampai dengan saat ini masih dilakukan seperti pembukaan lokasi baru, peningkatan kapasitas produksi tambang primer dari alat penambangan maupun alat pengolahan, memperbaharui IUP yang ada, melakukan survey lokasi dan inventarisasi kepemilikan lahan untuk pembukaan tambang darat baru serta peningkatan recovery dengan melakukan upgrading kembali dari sisa hasil pengolahan sebagai upaya strategis untuk meningkatkan kinerja Perseroan.