Pada Juni, TikTok mengatakan akan mengarahkan semua data dari pengguna AS ke server yang dikendalikan Oracle, perusahaan Silicon Valley yang dipilihnya sebagai mitra teknologi AS pada 2020 dalam upaya menghindari larangan nasional. Namun menyimpan cadangan data di servernya sendiri di AS dan Singapura.
Perusahaan mengatakan akan menghapus data pengguna AS dari servernya sendiri, tetapi belum memberikan garis waktu kapan penghapusan data akan dilakukan.
CEO TikTok Shou Zi Chew akan memberikan kesaksian minggu depan di hadapan Komite Energi dan Perdagangan DPR tentang praktik privasi dan keamanan data perusahaan, serta hubungannya dengan pemerintah China.
Sementara itu, perusahaan induk TikTok, ByteDance, mencoba memposisikan dirinya sebagai perusahaan berskala internasional, dan bukan sebagai perusahaan China yang didirikan di Beijing pada 2012 oleh kepala eksekutifnya saat ini Liang Rubo dan lainnya.
Theo Bertram, Wakil Presiden Kebijakan TikTok di Eropa, mencuit pada Kamis (16/3) bahwa ByteDance "bukanlah perusahaan China." Bertram mengatakan kepemilikan perusahaan itu terdiri dari 60 persen investor global, 20 persen karyawan, dan 20 persen pendiri.