IDXChannel - Sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kinerja terburuk sepanjang tahun berjalan 2025.
Berdasarkan data year-to-date (YTD), pelemahan harga saham bahkan menembus kisaran 60-90 persen, mencerminkan tekanan serius baik dari sisi fundamental, likuiditas, maupun sentimen pasar.
Saham PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) memimpin daftar top losers dengan koreksi terdalam, anjlok 91,52 persen YTD ke level Rp256 per unit. Emiten yang bergerak di bidang restoran fast food terus berada di bawah tekanan seiring minimnya katalis bisnis serta likuiditas perdagangan yang tipis.
Di posisi berikutnya, PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) melemah 85,84 persen ke level Rp206, disusul PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) yang turun 82,24 persen ke Rp396 per unit.
Untuk KARW, emiten penyedia fasilitas infrastruktur maritim, khususnya jasa bongkar muat milik Grup Meratus, sempat menjadi hot stock sekaligus top gainers sepanjang 2024.
Harga sahamnya sempat melonjak hingga ribuan persen di tengah narasi backdoor listing tahun lalu, seiring beredarnya rumor masuknya pemain utama industri perkapalan dan pelabuhan asal Uni Emirat Arab (UEA).
Namun, belakangan klarifikasi manajemen terkait rumor tersebut, ditambah aksi penjualan saham oleh pengendali, membuat pergerakan saham KARW berbalik arah dan rontok tajam.
Sebagai penyegar ingatan, sebelum terjun sepanjang tahun ini, saham KARW sempat meroket 4.360 persen selama 2024.
Kemudian, sektor logistik hingga perkapalan juga tak luput dari tekanan. PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) terkoreksi 79,60 persen, sementara PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) dan PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) masing-masing melemah lebih dari 70 persen. (Lihat tabel di bawah ini.)

Menariknya, ada saham perbankan yang masuk dalam jajaran top losers. PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) tercatat turun 69,52 persen YTD.
Singkat kata, daftar top losers 2025 didominasi saham-saham berlikuiditas rendah dan kapitalisasi kecil, yang rentan terhadap aksi jual berkepanjangan ketika sentimen pasar memburuk.
Kondisi ini menjadi pengingat bahwa reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mencapai 21,83 persen YtD, tidak selalu diikuti oleh seluruh saham, terutama emiten lapis bawah yang minim katalis. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.