Terkait harga pelaksanaan, sejauh ini belum ada informasi. Manajemen akan menyampaikan hal tersebut dalam prospektus final. Harga ini diperoleh dari proses penjaringan minat yang dilakukan manajemen dalam sejumlah roadshow ke investor, terutama institusi asing.
Karenanya, informasi yang menyebutkan harga right Rp500 adalah keliru. Harga ini merupakan nominal saham yang dicantumkan pada prospektus awal. “Nominal saham itu bukan harga saham, bukan pula harga rights. Exercise price baru akan muncul di prospektus final, berikut rasio right,” tutur Tirta.
Sebagai informasi, dalam aksi korporasi rights issue, setelah melakukan RUPS emiten biasanya melakukan pengumuman lagi dalam 2 tahap. Pertama adalah keterbukaan informasi terkait rights issue yang masih berisi informasi indikatif. Kedua, pengumuman tambahan informasi dari prospektus yang sifatnya sudah final setelah pernyataan pendaftaran menjadi efektif.
Untuk itu, para investor yang tertarik mengikuti rights issue BBTN diharapkan terus memantau keterbukaan informasi untuk mendapatkan informasi terbaru.
Rights issue BBTN tergolong langka sebelumnya terjadi 10 tahun yang lalu atau tepatnya pada 2012. Aksi korporasi ini juga menarik untuk dicermati karena sejumlah analis memberikan pandangan yang positif terhadap kinerja BTN ke depan.
Analis RHB Sekuritas Indonesia, Ryan Santoso dan Andrey Wijaya mengatakan, masuknya dana segar baru dari pelaksanaan rights issue bakal mengerek capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19 persen hingga 20 persen, dibandingkan catatan September 2022 sebesar 17,3 persen.