“Rasanya ini kondisi yang lebih sehat jika pasar didorong oleh pendapatan perusahaan yang kuat, daripada terus-menerus menebak-nebak kapan bank sentral akan menurunkan suku bunganya,” kata Direktur Investasi AJ Bell, Russ Mould, dilansir Reuters, Jumat (2/2).
Di sisi lain, saham Apple (AAPL.O) justru tertekan 3,5% setelah memperkirakan penurunan penjualan iPhone, dan menargetkan pendapatan keseluruhan mencapai USD6 miliar, alias di bawah ekspektasi, karena pukulan bisnisnya di Tiongkok.
Secara makro, pasar masih meraba dampak rilis data tenaga kerja non-farm payrolls (NFP) yang mengalami kenaikan 353.000 pada periode Januari. Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan konsensus yang disurvei Reuters sebesar 180.000.
Adapun tingkat pengangguran mencapai 3,7% di bulan Januari, lebih rendah dari perkiraan 3,8%.
“Laporan ketenagakerjaan yang kuat menunjukkan bahwa permintaan di pasar tenaga kerja lebih tinggi dari perkiraan,” kata Richard Flynn, direktur pelaksana Charles Schwab.
(FRI)