sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Diproyeksi Bergejolak Sepekan ke Depan, Data Inflasi AS Jadi Ujian

Market news editor Anggie Ariesta
10/03/2025 06:54 WIB
Wall Street sepekan depan diproyeksi bergejolak dan diisi oleh sentimen pasar yang negatif. Salah satu yang jadi perhatian yaitu laporan inflasi AS.
Wall Street Diproyeksi Bergejolak Sepekan ke Depan, Data Inflasi AS Jadi Ujian. (Foto: MNC Media)
Wall Street Diproyeksi Bergejolak Sepekan ke Depan, Data Inflasi AS Jadi Ujian. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Wall Street sepekan depan diproyeksi bergejolak dan diisi oleh sentimen pasar yang negatif. Salah satu yang jadi perhatian yaitu laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pekan depan.

Laporan inflasi itu bisa membuat pasar semakin bergejolak, terutama karena investor khawatir tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kebijakan tarif impor dari Presiden Donald Trump.

Mengutip Investing, Minggu (9/3/2025) waktu setempat, meskipun pasar sempat naik pada hari Jumat, indeks saham utama S&P 500 mencatat minggu terburuknya dalam enam bulan terakhir.

Indeks Nasdaq, yang didominasi saham teknologi, bahkan sudah masuk ke fase "koreksi" setelah turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya pada Desember 2024 lalu.

Investor menghadapi perubahan kebijakan yang drastis di seluruh dunia. Kebijakan tarif impor baru dari Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan China memperburuk kekhawatiran tentang kondisi ekonomi. Pasar juga terguncang oleh rencana belanja tak terduga dari Jerman, yang memicu aksi jual di pasar obligasi Jerman.

Di tengah data ekonomi AS yang kurang menggembirakan, harapan investor yaitu Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga untuk merangsang pertumbuhan. Namun, laporan indeks harga konsumen (CPI) yang akan dirilis pada Rabu bisa mengubah harapan tersebut jika inflasi masih tinggi.

"Laporan CPI yang tinggi akan membuat pasar takut," kata Bryant VanCronkhite, manajer portofolio senior di Allspring Global Investments. "Pasar masih ingin The Fed datang menyelamatkan... Sampai inflasi dan ekspektasi inflasi turun, The Fed tidak bisa berbuat banyak."

Investor khawatir dengan data CPI Januari yang lebih tinggi dari perkiraan, di mana inflasi naik 0,5 persen, kenaikan bulanan terbesar sejak Agustus 2023. Untuk Februari, para ekonom memperkirakan CPI akan naik 0,3 persen.

Laporan inflasi ini akan menjadi salah satu data penting terakhir sebelum rapat The Fed pada 18-19 Maret. Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, pasar memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga lagi di tahun ini.

"Saham tidak akan senang dengan laporan CPI yang tinggi karena... itu mengurangi harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang sedang dibangun di pasar," kata ahli strategi makro Amerika di BNY, John Velis.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement