sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Pekan Depan Dibayangi Data Inflasi dan Suku Bunga The Fed

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
07/09/2025 06:38 WIB
Wall Street bersiap menyambut data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK/CPI) pada pekan depan dan keputusan suku bunga The Fed.
Wall Street Pekan Depan Dibayangi Data Inflasi dan Suku Bunga The Fed. (Foto: AP Photo)
Wall Street Pekan Depan Dibayangi Data Inflasi dan Suku Bunga The Fed. (Foto: AP Photo)

IDXChannel - Pasar modal Amerika Serikat atau Wall Street bersiap menyambut data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK/CPI) pada pekan depan. Indeks acuan S&P 500 sempat mencetak rekor tertinggi pada Kamis lalu, meski berakhir koreksi pada akhir pekan ini.

Sebelumnya pada Jumat (5/9/2025), S&P 500 turun 0,32 persen ke 6.481,50. Nasdaq Composite melemah 0,03 persen ke 21.700,39, sementara Dow Jones Industrial Average koreksi 0,48 persen ke 45.400,86.

Pelemahan indeks berlangsung seiring laporan ketenagakerjaan non-farm payrolls (NFP) yang melambat pada Agustus. Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan pada pertemuan 16–17 September mendatang.

Data LSEG menunjukkan pelaku pasar memproyeksikan 90 persen kemungkinan The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan September

Selain CPI yang akan dirilis Kamis, investor juga menantikan laporan indeks harga produsen (PPI) pada Rabu depan, yang dapat menunjukkan dampak tarif impor terhadap biaya.

Sebelumnya, PPI Juli mencatat kenaikan terbesar dalam tiga tahun akibat lonjakan harga barang dan jasa.

Isu tarif kembali menjadi sorotan setelah pengadilan banding AS memutuskan sebagian besar tarif era Presiden Donald Trump adalah ilegal.

Meski pemerintah telah mengajukan banding ke Mahkamah Agung, ketidakpastian ini kembali membayangi keputusan korporasi dan investor, dilansir Investing, Minggu (7/9/2025).

Kekhawatiran fiskal turut muncul, dengan potensi hilangnya penerimaan tarif yang dapat memperlebar defisit anggaran AS. Hal ini dinilai ikut mendorong lonjakan yield SBN pemerintah AS bertenor panjang pada awal pekan lalu.

Ini tercermin dari yield Treasury tenor 30 tahun yang sempat menyentuh 5 persen untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir.

Meski yield kembali turun ke sekitar 4,78 persen pada akhir pekan, level 5 persen dalam beberapa tahun terakhir kerap dianggap membebani selera risiko investor aset berisiko seperti saham.

Adapun S&P 500 telah naik sekitar 10 persen sepanjang 2025, ditopang oleh musim laporan keuangan kuartal II-2025 yang solid. Valuasi indeks berada pada price to earnings (P/E) ratio sebesar 22,4 kali dari estimasi laba 12 bulan ke depan.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement