Menurut Chief Investment Strategist Janney Montgomery Scott, Mark Lucchini, pergeseran sektoral ini bisa menjadi sinyal bahwa investor mulai mengurangi kehati-hatian, sekaligus berani untuk menghadapi risiko aset.
“Itu bisa menjadi tanda bahwa kehati-hatian mulai berkurang di kalangan investor,” ujarnya.
Namun, kondisi makro masih menyisakan pertanyaan besar. Data ekonomi Amerika Serikat sejauh ini menunjukkan ketahanan, tapi berbagai survei dan indikator sentimen tetap lemah.
Pekan depan, investor akan menyoroti rilis data inflasi konsumen (CPI) untuk periode April yang dirilis pada Selasa (13/5/2025), dan penjualan ritel pada Kamis (15/5/2025). Kedua data tersebut akan menjadi indikator penting dalam membaca arah ekonomi AS ke depan.
Jika inflasi ternyata lebih tinggi dari perkiraan sementara penjualan ritel justru mengecewakan, kekhawatiran terhadap risiko stagflasi kondisi inflasi tinggi dan pertumbuhan lambat dinilai bisa kembali mencuat dan menekan bursa saham.