sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Rontok, Investor Cemas Tarif Baru Trump dan Ekonomi AS 

Market news editor Anggie Ariesta
27/03/2025 21:19 WIB
Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Kamis (27/3/2025) waktu setempat karena Trump akan mengenakan tarif impor mobil.
Wall Street Rontok, Investor Cemas Tarif Baru Trump dan Ekonomi AS (foto mnc media)
Wall Street Rontok, Investor Cemas Tarif Baru Trump dan Ekonomi AS (foto mnc media)

IDXChannel - Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Kamis (27/3/2025) waktu setempat setelah investor mencerna kabar bahwa pemerintahan Trump akan mengenakan tarif impor mobil.

Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average turun 0,26 persen ke 42.344,57, S&P 500 terpangkas 0,30 persen di 5.695,16, dan Nasdaq Composite turun 0,38 persen menjadi 17.831,47.

Pasar tertekan oleh pengumuman Presiden AS, Donald Trump yang akan mengenakan tarif 25 persen pada semua mobil dan truk ringan buatan luar negeri. Tarif ini akan berlaku mulai 2 April 2025.

Langkah tersebut diperkirakan meningkatkan biaya mobil lokal dalam jangka pendek, karena produsen berlomba-lomba mencari rantai pasokan baru dan memindahkan lebih banyak produksi mereka ke AS.

Namun, tarif 25 persen juga menimbulkan kerugian bagi produsen mobil AS, mengingat sebagian besar dari mereka mengoperasikan pabrik di luar AS, terutama di Meksiko.

Saham General Motors (NYSE:GM), Stellantis (NYSE:STLA), dan Ford (NYSE:F) kompak mengalami penurunan. Pun dengan harga saham produsen mobil asing yang terdaftar di AS, seperti Toyota (NYSE:TM), Honda (NYSE:HMC), dan Ferrari (NYSE:RACE) juga berguguran.

Ancaman tarif mobil Trump memicu kekhawatiran baru tentang dampak ekonomi dari agenda tarifnya, terutama karena Trump bersiap untuk mengenakan tarif pada beberapa mitra dagang utama AS pada 2 April, tanggal yang disebutnya sebagai "hari pembebasan."

Kekhawatiran bahwa bea perdagangan akan merusak pertumbuhan AS dan berpotensi memicu kembali inflasi telah membebani ekuitas AS pada kuartal I-2025.

Selain itu, data yang dirilis sebelumnya pada Kamis menunjukkan, pertumbuhan ekonomi AS melambat pada kuartal IV-2024, menurut revisi akhir data pemerintah yang mengikuti dua perkiraan sebelumnya.

Menurut angka dari Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan, produk domestik bruto (PDB) AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,4 persen selama periode tersebut, dibandingkan dengan kenaikan 3,1 persen pada kuartal Juli-September.

Para ekonom telah memperkirakan angka tersebut akan tetap tidak direvisi pada perkiraan sebelumnya sebesar 2,3 persen.

Komentar dari anggota FOMC, Tom Barkin juga menjadi sorotan pada Kamis, setelah rekannya, Alberto Musalem mengatakan pada Rabu bahwa risiko telah meningkat. Inflasi AS akan terhenti di atas target Federal Reserve 2 persen, atau bahkan naik lebih lanjut dalam jangka pendek, dengan kenaikan pajak impor berpotensi memicu tekanan harga yang lebih persisten.

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement