Namun beberapa investor mulai khawatir bahwa duduk di sela-sela akhirnya bisa merugikan mereka begitu pasar berubah. Kehilangan beberapa hari besar keuntungan dapat memotong pengembalian keseluruhan dari waktu ke waktu.
Sementara dasar pasar sebelumnya telah ditandai oleh aksi unjuk rasa yang telah memberi penghargaan kepada mereka yang bertahan di saham.
"Ini adalah dorongan dan tarikan antara, apakah saya lebih takut untuk kekurangan investasi dan kehilangan pergerakan naik dan reli atau saya lebih takut untuk membuat keputusan yang salah," kata Glenn Koh, Kepala Perdagangan Ekuitas Global di Bank of Amerika.
Sejarah menunjukkan, kurangnya investasi dalam saham dapat menyebabkan kehilangan keuntungan yang substansial. Pengembalian rata-rata tahunan investor turun dari 7,8% per tahun menjadi 3,2% jika mereka melewatkan 20 hari pasar saham terbaik selama tiga dekade terakhir, berdasarkan temuan sebuah Studi Wells Fargo Investment Institute
Sementara itu, pasar cenderung melihat kenaikan terkuatnya dalam sebulan setelah mencapai titik terendah, menurut penelitian Goldman Sachs. Perusahaan menemukan bahwa S&P 500 (.SPX) telah membukukan pengembalian rata-rata 16% selama sebulan setelah palung delapan pasar bearish atau hampir bearish sejak 1980.
John Lynch, Kepala Investasi untuk Comerica Wealth Management, percaya banyak berita negatif sudah masuk ke pasar, termasuk kekhawatiran resesi. Perusahaannya mempertahankan alokasi standarnya terhadap saham secara umum dalam portofolionya.