3. Pilih Saham dengan Benar
Investor harus memilih saham-saham kategori first liner, yakni saham berkapitalisasi besar dan volume perdagangan tinggi. Saham-saham first liner lebih likuid (mudah dijual), dan pergerakan harganya lebih stabil dibanding saham-saham second liner.
Saham first liner dapat ditemui di indeks IDX LQ45. Indeks ini berisi saham-saham yang telah terseleksi dengan kriteria yang ketat. Antara lain likuiditas tinggi dan pertumbuhan laba yang baik.
4. Pertimbangkan DCA
Metode investasi dollar cost averaging patut dipertimbagkan. Metode ini mengharuskan investor untuk membeli saham yang sama dengan jumlah yang sama di periode yang sama tiap bulan.
Investor juga dapat berinvestasi dengan metode lump sump atau beli banyak sekaligus. Namun metode ini lebih dianjurkan dilakukan ketika harga saham tengah turun signifikan agar margin keuntungannya lebih tinggi.
Lump sump tidak dianjurkan dilakukan ketika harga saham tengah berada di pucuk, atau saat mahal-mahalnya. Karena pada harga puncak, ada risiko penurunan harga karena investor-investor lama mungkin mempertimbangkan untuk profit taking.
5. Pertimbangkan Diversifikasi ke Instrumen Lain
Untuk melindungi nilai uang, investor dapat mempertimbangkan untuk mengalokasikan sebagian modalnya ke instrumen surat berharga negara (SBN). Meskipun keuntungannya tidak sebesar capital gain dan dividen saham, SBN menawarkan stabilitas tinggi.
Hal inilah yang dilakukan investor kawakan Warren Buffett sepanjang akhir 2024. Buffett mengalokasikan banyak modalnya di instrumen investasi minim risiko dengan likuiditas tinggi seperti SBN pemerintah AS.
Akibatnya, ketika pasar modal gonjang-ganjing pasca Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif pajak impor resiprokal, Warrent Buffett adalah satu-satunya investor yang tidak mencatatkan penurunan nilai kekayaan.
Itulah cara investasi dengan risiko rendah bagi investor pemula.
(Nadya Kurnia)