sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Angka Pernikahan di RI Turun, BKKBN: Karena Banyak Perceraian dan Orang Toxic

News editor Devi Pattricia
07/03/2024 08:20 WIB
Angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan yang konsisten dalam periode 2018 sampai 2023. Salah satu penyebabnya yaitu banyaknya kasus perceraian.
Angka Pernikahan di RI Turun, BKKBN: Karena Banyak Perceraian dan Orang Toxic. (Foto: MNC Media)
Angka Pernikahan di RI Turun, BKKBN: Karena Banyak Perceraian dan Orang Toxic. (Foto: MNC Media)

Ia pun melihat adanya korelasi yang erat antara penurunan angka pernikahan di Indonesia dengan banyaknya perceraian yang terjadi. Sehingga masyarakat berpikir keras atau bahkan enggan untuk menikah.

“Iya (karena banyaknya perceraian), saya menghubungkan beberapa data itu nyambung gitu. Jadi kemungkinan, sebab ini kan berkorelasi ya artinya ada korelasi-korelasi yang menarik gitu,” ujar dr. Hasto.

Banyaknya perceraian yang terjadi menjadi salah satu ketakutan atau pun benteng yang melindungi diri untuk tidak melangsungkan pernikahan. Sebab mereka yang tidak ingin menikah takut mengalami trauma ataupun kekecewaan akibat gagal membina rumah tangga.

Angka Kelahiran Ikut Menurun

Bukan cuma itu, menurut dr. Hasto penyebab lain angka pernikahan di Indonesia menurun lantaran jumlah orang yang toxic terus bertambah dari waktu ke waktu. Data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan pada 2013, remaja-remaja yang toxic itu 6%, tapi pada 2018 terus meningkat menjadi 9,8%.

“Sehingga toxic people, mental-emotional disorder, psikosis, skizofrenia juga mempengaruhi perceraian dan mungkin juga mempengaruhi orang untuk tidak menikah,” jelasnya.

Menurunnya, angka pernikahan di Indonesia ini berdampak juga pada angka Total Fertility Rate (TFR) atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan wanita. Dr. Hasto menyatakan bahwa TFR Indonesia dari tahun 2010 hingga 2023 pun juga ikut mengalami penurunan. 

“Tahun 2010 itu rata-rata perempuan melahirkan satu perempuan hampir 2,5 persen rata-rata. Nah di tahun 2022 ini sudah mencapai 2,18 persen. Artinya itu menunjukkan bahwa memang mereka tidak nikah atau mungkin mereka anaknya sedikit,” pungkasnya.

(FRI)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement