Lebih lanjut, Daryono menjelaskan mengapa Gempa Bawean banyak gempa susulan. Gempa Bawean banyak susulanya karena karakter gempa kerak dangkal Bawean terjadi di batuan kerak permukaan yang batuannya heterogen sehingga rapuh mudah patah, berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan homogen-elastik miskin gempa susulan.
“Gempa susulan lazim terjadi pasca gempa kuat, bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan merupakan gambaran kondisi batuan yang rapuh mudah deformasi. Gempa susulan yang banyak justru dapat memberi informasi peluruhan sehingga kita jadi tau aktivitas gempa akan segera berakhir,” jelas Daryono.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan wilayah Pulau Bawean dan sekitarnya berada pada zona suture yang mengindikasikan jejak keberadaan sesar-sesar utama yang berusia tua. “Gempa Bawean M5,9 dan 6,5 pada 22 Maret 2024 menjadi bukti bahwa jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita agar selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat pulau berpenduduk, karena gempa dapat terjadi dan berulang kapan saja," urainya.
“Sebagian contoh rangkaian sejarah gempa merusak di Jatim Utara dan estimasi kekuatannya. Pelajaran yang dapat kita ambil, bahwa ancaman gempa tidak hanya berasal dari selatan (subduksi lempeng atau megathrust) tetapi juga dari sesar aktif di daratan dan di laut utara Jatim,” pungkasnya.
(SAN)