“Sedangkan dengan kategori yang lebih tinggi lagi yaitu lebih besar daripada 75 persen atau frekuen di mana cakupan awan cumulonimbus ini sangat membahayakan untuk dunia penerbangan artinya jalur penerbangan yaitu berada di Samudera Hindia Selatan Jawa, kemudian Aceh, Laut Flores, Laut Banda, kemudian ada di Samudera Pasifik Utara Papua, Laut Arafura dan Laut Timur dan Laut sawu,” kata dia.
Selain gangguan pada jalur penerbangan, Guswanto juga memeringatkan adanya peningkatan tinggi gelombang di beberapa wilayah perairan Indonesia. Pada malam 1 Februari hingga 5 Februari 2025, gelombang tinggi diperkirakan mencapai 4 meter di perairan Laut Jawa bagian timur, Selat Makassar bagian selatan, perairan Sumbawa, Laut Maluku, Samudera Pasifik Utara Maluku, serta Laut Arafura bagian tengah dan timur.
“Sedangkan untuk tinggi gelombang, jadi peningkatan gelombang khususnya Samudera Hindia Selatan itu saat ini tanggal 1 Februari malam ya, ini akan besok pagi sampai tanggal 5 itu akan mengalami peningkatannya kalau kita lihat ada sampai gelombang 4 meter di mana kita lihat ada di Laut Jawa bagian timur, kemudian Selat Makassar bagian selatan, dan Sumbawa dan ini sampai di laut Maluku dan Pasifik Utara Maluku hingga Laut Arafura ya bagian tengah dan timur,” kata dia.
(Dhera Arizona)