sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Cuaca Panas Melanda RI dan Negara Asia, Ini Penjelasan Guru Besar UB

News editor Avirista M/Kontributor
27/05/2024 19:43 WIB
Fenomena cuaca panas yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Hal tersebut, terjadi lantaran adanya pertumbuhan awan yang sangat minim. 
Cuaca Panas Melanda RI dan Negara Asia, Ini Penjelasan Guru Besar UB. Foto: MNC Media.
Cuaca Panas Melanda RI dan Negara Asia, Ini Penjelasan Guru Besar UB. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Fenomena cuaca panas yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Hal tersebut, terjadi lantaran adanya pertumbuhan awan yang sangat minim. 

Akademisi Universitas Brawijaya (UB), Prof. Adi Susilo, menjelaskan minimnya pertumbuhan awan mempengaruhi frekuensi sinar matahari yang langsung mengenai permukaan bumi tanpa halangan apapun. 

Menurut perhitungan, fenomena ini akan berlangsung hingga Oktober mendatang.  

“Tapi bukan berarti di musim panas ini, pada anomali iklim El Nino ini tidak ada hujan, tetap ada potensi terjadi hujan. Namun bukan hujan yang bisa menyebabkan banjir atau sebagainya," ujar Adi melalui keterangan tertulisnya, pada Senin (27/5/2024).

Cuaca panas ekstrem, disebut Adi, juga tengah melanda negara-negara di ASEAN atau negara di Asia Tenggara. Bahkan di beberapa negara Asia, suhu panas mengalami peningkatan drastis, terutama perkotaan.

"Pada akhir bulan april kemarin, kota Manila, yang merupakan wilayah metropolitan di Filipina dengan populasi lebih dari 14 juta jiwa, menyentuh suhu di angka 38,8 derajat Celsius yang mana merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah mereka," kata pria yang juga pakar kegempaan dan geofisika ini.

Pada 22 April, suhu panas yang tinggi juga terjadi di Bangladesh, suhu Bangladesh mencapai 43 derajat Celcius, yang mengakibatkan pemerintah menutup sekolah-sekolah dasar di sana. Pada bulan yang sama, Laos juga mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang masa, dengan suhu udara mencapai 43,2 derajat Celsius. 

"Di Thailand sendiri dampak yang ditimbulkan sudah sangat serius, terdapat sebanyak 61 orang tewas, akibat heatstroke yang ditimbulkan karena suhu panas yang menyentuh angka 52 derajat Celcius," paparnya.

Namun hal ini masih belum menunjukkan dampak yang signifikan di Indonesia. Badan Meteorogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh peralihan musim, dari musim penghujan menuju musim kemarau. 

Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari, yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. 

"Gelombang panas akhir-akhir disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena gerakan semu matahari akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara, bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan," terang dia.

Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan kondisi yang panas. Rangkaian faktor selanjutnya adalah anomali iklim El Nino 2022/2024, analisis data historis menunjukan saat terjadi El Nino, dan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal. 

"Adapun faktor berikutnya merupakan pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun," tegasnya.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement