Kantor berita pemerintah Emirat, WAM, mengatakan pada hari Rabu bahwa pertemuan tersebut difokuskan untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung di Gaza dan mencapai gencatan senjata permanen. Dia juga menambahkan bahwa pembebasan tawanan dan penanganan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk dibahas sebagai prioritas.
Israel dilaporkan tidak terlibat dalam rencana yang sedang dibahas, tetapi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah diberitahu tentang detailnya. Rencana tersebut diyakini akan mempertimbangkan keterlibatan Otoritas Palestina di masa mendatang, sesuatu yang telah berulang kali dikatakan Israel tidak akan ditoleransi.
Rencana tersebut tidak melihat adanya peran bagi Hamas, yang dituntut oleh AS dan Israel agar dilucuti dan dihilangkan.
Para pemimpin bertemu di sela-sela pertemuan puncak yang didominasi oleh kecaman global terhadap perang Israel di Gaza, dengan gelombang pengakuan diplomatik terhadap negara Palestina dan tuntutan agar perang dua tahun yang telah menewaskan sedikitnya 65.382 orang segera diakhiri.
Dalam pertemuan puncak tersebut, AS, pemasok utama senjata Israel, yang secara tradisional bertindak sebagai perisai diplomatiknya di PBB dan di luar negeri, tampak semakin terisolasi dalam kecamannya terhadap dukungan negara lain terhadap negara Palestina, yang tidak memberikan indikasi bahwa AS akan menekan Tel Aviv untuk menghentikan perang.