Kecenderungan victim blaming: Karena pengetahuan yang minim mengenai hak tubuh, banyak masyarakat, bahkan di antara individu Tuli sekalipun, masih menyalahkan pihak penyintas saat mereka melaporkan kekerasan seksual.
Sejalan dengan temuan tersebut, program ”FeminisThemis Academy 2024” berbagi pengetahuan berdasarkan enam pilar: (1) Pengenalan sistem reproduksi dan anatomi tubuh, (2) Pemahaman mengenai pubertas, (3) Edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi, (4) Hak persetujuan dan batasan tubuh (consent), (5) Risiko di dunia digital, hingga (6) Pertolongan pertama secara psikologis untuk memulihkan trauma yang mungkin dirasakan.
Rangkaian program “FeminisThemis Academy 2024” di Bandung dan Yogyakarta maupun webinar telah memberi manfaat ke lebih dari 150 teman Tuli. Uniknya, kegiatan ini diikuti pula oleh peserta laki-laki Tuli, mencerminkan kebutuhan yang setara untuk memahami materi yang disajikan. Bagi para peserta – bahkan yang sudah menikah atau berusia dewasa sekalipun, pengetahuan yang seringkali dianggap sederhana seperti organ reproduksi, pubertas, persetujuan atau consent, serta hak kesehatan seksual dan reproduksi ternyata menjadi topik baru yang patut didiskusikan karena masih sangat jarang diangkat.
Kota Malang menjadi puncak rangkaian workshop offline ”Feminis Themis Academy 2024”, pada tanggal 20-22 September 2024, diikuti oleh 40 peserta. Kota ini dipilih karena merupakan kota ramah disabilitas, dibuktikan dengan memiliki Peraturan Daerah, minimnya praktik diskriminasi, dan tersedianya berbagai layanan fasilitas publik yang ramah bagi penyandang disabilitas.
“Ke depannya, ‘FeminisThemis Academy’ akan merangkul lebih banyak peserta hingga ke level akar rumput untuk mengedukasi lebih banyak orang mengenai kesehatan seksual dan reproduksi,” kata Nissi.
(Kunthi Fahmar Sandy/ADV)