Tiga tantangan utama yang ditemukan:
Tidak terpenuhinya hak Bahasa Isyarat: Bahasa Isyarat belum diajarkan sejak dini di ruang lingkup keluarga, terutama di tengah keluarga Dengar. Bahkan di kebanyakan Sekolah Luar Biasa, anak Tuli masih diajarkan untuk membaca bibir dan didorong untuk belajar layaknya orang Dengar.
Akhirnya, banyak perempuan Tuli tidak menguasai Bahasa Isyarat, yang seharusnya menjadi hak mereka untuk dapat berkomunikasi maupun mendapatkan informasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, terutama yang bersifat pribadi mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi: Karena mayoritas masyarakat belum memahami dunia Tuli dan Bahasa Isyarat, mereka tidak bisa memberikan akses komunikasi dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan perempuan Tuli.
Selain itu, materi edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi, bahkan di sekolah Dengar sekalipun, masih terbilang minim. Yang diajarkan baru sebatas materi biologi, misalnya tentang organ tubuh dan pembuahan.
Topik penting seperti kebersihan organ reproduksi, hak tubuh, pencegahan dan dampak aktivitas seksual, masih dianggap tabu.