Jika terdeteksi hotspot polusi, lanjut dia, kendaraan mobile reference monitor diterjunkan ke lokasi untuk menganalisis mendalam sumber polutan. Analisis data kualitas udara digital secara terpusat pun dilakukan.
"Kalau dipantau ternyata (kualitas udara) jelek, dia kirim mobil-mobilnya ini mungkin bisa ngecek sumbernya dari mana. Apakah ini sumbernya misalnya oh Bekasi jelek, kirim mobil. Apakah sebenarnya PLTU, oh bukan, ternyata dari pembakaran sampah Bantar Gebang. Itu sebabnya dari transportasi atau sampah, oh ini penyebabnya dari PLTU," katanya.
Budi melanjutkan, China dalam hal ini menggunakan lima strategi dalam mengatasi masalah polusi. Yakni, pengendalian emisi industri, pengendalian emisi kendaraan bermotor, pengendalian debu, pemantauan kualitas udara, dan penurunan risiko serta dampak kesehatan.
Namun, ia menekankan tidak semua strategi itu dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Karena diperlukan keterlibatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Saya sampaikan ke Bapak Presiden, Kementerian Kesehatan 1, 2, 3 bukan bidangnya kita, 4 juga sebenarnya bukan bidangnya kita banget. Tapi suka dibilang ini Puskesmas, ada sanitarian kit buat periksa udara, ya sudah, jadi kita ambilnya 4 dan 5 itu ada tupoksinya ke Kementerian Kesehatan," pungkasnya.
(YNA)