"Ada subsidi gitu enak, kemarin dapat Rp300 ribu per bulan untuk subsidi BBM, ini sekarang nggak ada, kalau jalan sulit tidak ada penumpang, (sopir angkot) banyak yang pindah ke proyek. Angkot adalah mitranya pemerintah, itu usulan saya silakan dipikirkan ke depannya, mohon ada subsidi lagi inginnya," kata dia.
Merebaknya transportasi online juga dinilai sopir angkot jurusan GA bernama Fredi, menjadi merosotnya pendapatan sopir angkot. Apalagi regulasi transportasi online sudah dilegalkan oleh pemerintah pusat, melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Ojol dan taksi online ini mengurangi pendapatan kita. Ini kan kesalahan siapa ya kurang tahu. Dari pusat juga, pemerintah sendiri yang membuat regulasinya. Kami sehari dapat Rp50 ribu saja sudah syukur, kadang malah minus," kata Fredi.
Fredi melanjutkan, perkembangan transportasi online dari hari ke hari di Kota Malang pun kian banyak. Bahkan dia menganggap tak ada langkah pembatasan itu, seiring dengan bermunculannya penyedia aplikasi layanan transportasi online baru di Kota Malang.
"Sekarang ini nggak dibatasi, banyak dimana-mana ada ojol dan taksi online. Kami ini masyarakat bawah masak disuruh tarung terus," kata dia di depan Pj Walkot Malang dan Kadishub Malang.
Bus sekolah Halokes yang dicanangkan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang juga disoroti oleh sopir angkot. Pasalnya bus ini juga berpengaruh membuat sopir angkot kehilangan pemasukan. Sebab banyak dari anak-anak sekolah memilih menaiki bus sekolah Halokes, dari pada angkot.