"Lokasi rumah tentu sangat tergantung dengan kebutuhan, kalau melihat perkembangan hari ini urbanisasi sangat tinggi tentunya kita ingin masyarakat tadi bisa bertempat tinggal dalam waktu tempuh yang terjangkau, terkadang 1 jam dari tempat kerja," terang Herry.
Oleh sebab itu diakui Herry, hal ini yang kemudian sedang didorong oleh pihaknya bagaimana masyarakat tidak hanya memanfaatkan rumah tapak, namun juga rumah vertikal.
Sebab, lanjutnya, berdasarkan statistik saat ini, rumah tapak itu hanya 900 unit dari 1,7 juta unit rumah. Oleh karena itu, ke depan pemerintah akan mendorong agar rumah vertikal juga bisa menjadi target pembelian rumah bagi masyarakat.
"Tadi sudah disampaikan KPR-nya untuk yang vertikal karena harganya dua kali lipat tadi bisa sampai 35 tahun, tapi subsidinya nanti kita lihat," tutupnya.
(NIY)