sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pemilu di Eropa dan Menguatnya Politik Kanan Ekstrem

News editor Ahmad Islamy
28/12/2024 19:37 WIB
Pemilu di Eropa tahun ini perlu untuk dicermati bersama, mengingat adanya pergeseran lanskap politik yang cukup signifikan ke arah kanan dan ekstrem kanan.
Ilustrasi pemilihan umum untuk amggota Parlemen Eropa. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi pemilihan umum untuk amggota Parlemen Eropa. (Foto: Istimewa)

Pada Pemilihan Parlemen Eropa Juni lalu, Partai Rakyat Eropa (EPP) yang berhaluan kanan-tengah berhasil meraih 188 dari 720 kursi di Parlemen Eropa. Partai tersebut disusul oleh Partai Sosial Demokrat (S&D) yang berhaluan kiri-tengah dengan 136 kursi, dan; kelompok Patriots for Europe yang berhaluan kanan-jauh atau kanan ekstrem, yang memperoleh 84 kursi.

Hasil tersebut secara nyata telah menggeser spektrum politik ke arah kanan dan ekstrem kanan. Mayoritas anggota Parlemen Eropa kini berada di sisi kanan lingkaran tersebut, termasuk Partai Rakyat Eropa (EPP), Kelompok Konservatif dan Reformis Eropa (ECR), serta Patriots for Europe.

Tanpa satu pun mayoritas politik di Parlemen Eropa, EPP kini memiliki daya tawar signifikan untuk membentuk aliansi dengan Partai Sosial Demokrat, Partai Liberal, dan bahkan partai sayap kanan radikal. Pemimpin eksekutif Uni Eropa yang baru, yang mulai menjabat per 1 Desember lalu, juga condong ke kanan. Sebanyak 12 dari 27 Komisaris Eropa, termasuk Presiden Ursula von der Leyen, secara resmi berafiliasi dengan EPP.

Hasil pemilu nasional di beberapa negara Eropa

Selain Pemilihan Parlemen Eropa, kubu kanan dan sayap kanan ekstrem juga memperoleh kemenangan signifikan dalam beberapa pemilu nasional di seluruh benua biru. Di Austria, Herbert Kickl dari kubu sayap kanan ekstrem FPÖ memimpin pemilu parlemen bulan September dengan 29 persen suara. Capaian tersebut menjadi hasil pemilu terbaik bagi kubu sayap kanan ekstrem di negara itu sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Di Belgia, partai konservatif Flemish N-VA menduduki puncak pemilihan parlemen pada Juni, diikuti oleh partai sayap kanan Flemish Vlaams Belang. Setelah enam bulan berlalu, lobi-lobi politik masih belum mampu menghasilkan pembentukan pemerintah federal di kerajaan itu.

Berikutnya di Portugal, lanskap politik juga bergeser ke kanan ketika oposisi kanan-tengah, yang dipimpin Luis Montenegro dari Aliansi Demokratik, memenangkan pemilihan anggota parlemen pada Maret.

Dan mungkin yang paling menarik adalah Pemilu Prancis 2024. Hasil kompetisi demokrasi di negeri Napoleon itu membawa National Rally (RN) yang berhaluan kanan ekstrem memimpin perolehan suara terbanyak dalam Pemilihan Parlemen Eropa. Partai anti-Islam pimpinan Jordan Bardella itu berhasil meraup lebih dari 31 persen suara sah nasional. 

RN juga memimpin putaran pertama Pemilihan Parlemen Prancis yang dipercepat, dengan mengantongi lebih dari 29 persen suara. Akan tetapi, Republican Front, koalisi dari Nouveau Front Populaire (NFP) yang berhaluan kiri dan kaum sentris pimpinan Presiden Emmanuel Macron berhasil menghalangi jalan RN menuju kekuasaan di putaran kedua pemilu.

Menurunnya pengaruh kiri

Meskipun partai-partai kiri telah kehilangan pengaruh di seluruh Eropa, mereka mampu berkuasa di Denmark, Spanyol, Lithuania, Malta, Rumania, Slovenia, dan Slowakia. 

Di Inggris, Partai Buruh justru keluar sebagai pemenang pemilu tahun ini. Mereka berhasil merebut kekuasaan dari Partai Konservatif dan mengantarkan pemimpinnya, Keir Starmer, menjadi perdana menteri negara itu. Kendati demikian, untuk pertama kalinya Nigel Farage, pemimpin berhaluan kanan radikal yang anti-imigran meraup banyak suara dan berhasil melenggang ke parlemen.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement