IDXChannel - Wakaf merupakan instrumen ekonomi Islam yang memiliki peranan penting dalam pembangunan nasional. Wakaf bisa menjadi sarana strategis untuk mengentaskan kemiskinan dan memeratakan kesejahteraan.
Namun demikian, pengembangan wakaf di Indonesia masih menemui beberapa kendala. Salah satunya masih rendahnya literasi wakaf di kalangan umat Islam. Indeks literasi wakaf nasional masih berada diangka 50.48%. Karenanya, diperlukan strategi tepat agar umat Islam semakin mengenal wakaf dengan baik.
Indonesia akan segera mendapatkan bonus demografi. Artinya, penduduk usia muda dan produktif akan jauh lebih banyak daripada penduduk usia tua dan tidak produktif. Momentum ini perlu dimanfaatkan untuk mempromosikan literasi wakaf dengan optimal.
Strategi tepat untuk mempromosikan literasi wakaf adalah melalui sekolah. Wakaf harus menjadi kurikulum formal yang diajarkan di sekolah. Setidaknya, kurikulum wakaf bisa mulai diajarkan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.
Mereka inilah yang akan mendominasi demografi penduduk Indonesia pada masa depan. Bisa dibayangkan jika generasi ini telah terinternalisasi literasi wakaf, maka bisa diharapkan terjadi akselerasi gerakan wakaf di Indonesia.
Menggagas literasi wakaf di sekolah bisa menggunakan pendekatan why (mengapa), what (apa), dan how (bagaimana). Pertama, why, mengapa kita perlu berwakaf? Inilah bagian terpenting dari literasi wakaf di sekolah.
Konten kurikulum wakaf pada bagian ini mesti memunculkan kefahaman dan kesadaran siswa untuk berwakaf. Mengapa saya harus berwakaf? Apa manfaatnya bagiku? Apa manfaatnya bagi umat Islam dan bangsa? Inilah bagian internalisasi atau induksi literasi wakaf.
Karenanya, diperlukan pula pengembangan sampai merancang strategi dan metode pembelajarannya. Hal ini penting untuk memastikan keselarasan antara rancangan kurikulum dengan aplikasi pembelajarannya. Jangan sampai kurikulum wakaf yang sudah bagus, namun tidak berhasil terinternalisasi karena gagal dalam merancang strategi dan metode pembelajarannya.