IDXChannel - Jika Anda ditawari dua penawaran; berinvestasi atau berwakaf, mana yang akan Anda pilih? Umumnya kebanyakan orang akan memilih berinvestasi ketimbang berwakaf. Karena, investasi menjanjikan deviden setiap tahunnya. Sementara, wakaf masih dipandang menyerahkan harta kepemilikan tanpa ada imbal hasilnya.
Karena itu, tak heran jika perkembangan wakaf jauh tertinggal dibandingkan investasi. Orang berlomba-lomba menginvestasikan uangnya dalam bentuk saham, tanah, properti, emas, dan barang berharga lainnya. Harapannya nilai uang yang dimiliki tidak tergerus inflasi dan dapat mendatangkan deviden secara berkala.
Ujian terberat dalam berwakaf memang melepaskan kepemilikan. Terlebih dalam konteks melepaskan kepemilikan aset produktif untuk diwakafkan, seperti wakaf perusahaan atau wakaf saham. Ego dalam diri manusia sudah pasti akan menolaknya. Apalagi di tengah paradigma kapitalisme yang membudaya.
Kehadiran wakaf sedari awal memang sebagai antitesa kapitalisme. Kapitalisme mengajarkan kepemilikan aset adalah segalanya. Maka, menginvestasikan uang dalam berbagai bentuk aset adalah keniscayaan dalam kapitalisme. Tidak peduli mencederai rasa keadilan masyarakat sekalipun.
Karenanya, tidak heran dalam skala RT dan RW sekalipun, kita bisa menemukan orang-orang berlomba-lomba memperbanyak aset dengan alasan investasi. Pada sisi lain, tidak sedikit warga masyarakat yang hidupnya terhimpit kemiskinan. Dampaknya luar biasa, lahirnya kesenjangan sosial yang berpotensi melahirkan berbagai permasalahan sosial.