sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bagaimana Paradigma Penghimpunan Wakaf yang Benar?

Syariah editor Shifa Nurhaliza
05/04/2022 15:14 WIB
Penghimpunan wakaf produktif masih menjadi tantangan pengembangan wakaf di Indonesia.
Bagaimana Paradigma Penghimpunan Wakaf yang Benar? (Foto: Dompet Dhuafa/Adv)
Bagaimana Paradigma Penghimpunan Wakaf yang Benar? (Foto: Dompet Dhuafa/Adv)

IDXChannel - Penghimpunan wakaf produktif masih menjadi tantangan pengembangan wakaf di Indonesia. Mengajak masyarakat untuk berwakaf sosial, seperti wakaf sumur, masjid, dan pesantren jauh lebih mudah daripada wakaf produktif seperti wakaf saham, pasar, dan pom bensin.

Data di lapangan menunjukan target perolehan penghimpunan wakaf sumur miliaran rupiah bisa dicapai dengan mudah dan tanpa strategi penghimpunan yang rumit. Hal ini tentu satu pencapaian yang patut diapreasiasi. Namun demikian, dalam konteks business process wakaf, wakaf sosial tidak berkorelasi langsung terhadap surplus wakaf.

Wakaf sumur misalnya, prosesnya selesai ketika nazir merealisasikan pembangunan sumur wakaf. Masyarakat memperoleh manfaat berupa air dari sumur wakaf tersebut. Namun, sumur wakaf tidak menghasilkan surplus wakaf karena tidak bisa diproduktifkan.

Tentu saja penghimpunan wakaf sosial harus tetap dijalankan. Karena, dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, ketika kita berbicara dalam konteks wakaf dan perekonomian Islam, terlebih mewujudkan peradaban wakaf, maka nazir harus mulai beralih pada wakaf produktif.

Wakaf produktiflah yang menggambarkan business process wakaf secara utuh. Mulai dari penghimpunan wakaf, pengembangan aset, perolehan surplus, sampai penyaluran surplus wakaf kepada mauquf ‘alaih (penerima manfaat wakaf).

Oleh karena itu, paradigma penghimpunan wakaf perlu dipahami oleh setiap lembaga wakaf. Penghimpunan wakaf bukan sekadar besar-besaran jumlah transaksi. Jumlah penghimpunan yang besar, namun tidak berkorelasi terhadap surplus wakaf, belum bisa disebut keberhasilan.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement